Pelipur IPB merupakan salah satu dari 192 proposal kelompok PKM IPB yang didanai oleh DIKTI 2023. Proposal yang menarik juga turut menjadi sumbangsih dalam keberhasilan pendanaan ini dengan judul “Pelipur: Alternatif Penyaluran Emosi Anak Broken Home di Adhikti Foundation Guna Menciptakan Safe Place Melalui Pendekatan Musik dan Konseling Sebaya”. Program ini nantinya akan diimplementasikan lewat metode konseling sebaya (peer counseling) yang dikombinasikan dengan pendekatan yang asik lewat musik, buku dan konser amal.
Berangkat dari kepedulian terhadap anak-anak yang broken home dan sebagian dari kelompok Pelipur IPB juga turut merasakannya, ada yang mengalami broken home secara langsung maupun secara tidak langsung yang disalurkan lewat saudara atau bahkan teman terdekat. Tri Ratna Chaniyatun Nisa selaku ketua tim mengatakan bahwa fenomena anak broken home sering dicap negatif oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya. Ia dan timnya ingin anak-anak broken home yang mengikuti program konseling sebaya ini selain luka batinnya sembuh, mereka dapat menghasilkan sebuah karya seni dalam bentuk buku dan musik. Anggapan bahwa anak broken home tidak bisa berekspresi dan tidak bisa berkarya dapat dipatahkan lewat program ini.
Dalam mensukseskan program ini, tentunya Tri Ratna Chaniyatun Nisa dan timnya menyiapkan persiapan dengan baik meskipun sedikit keos karena kekurangan sumber daya manusia. Untuk itu, dalam upaya pemenuhan kebutuhan setiap sub program, Pelipur IPB membuka open recruitment volunteer. Pelipur IPB membagi persiapan menjadi pra, hari-h dan pasca acara. Pada pra acara, mereka menyiapkan materi, bagaimana cara penerapan materi kepada orang lain dan bagaimana cara mereka mengobrol dengan adik-adik dalam metode konseling sebaya tersebut. Nanntinya pengimplementasian konseling sebayanya tidak melulu berbincang-bincang saja, tetapi juga menginterpretasikan musik dan menulis perasaan di dalam jurnal.
“Jadi memang metodenya itu menarik, kreatif dan asik karena mengkombinasikan sesuatu yang serius dengan sesuatu yang santai. Di konseling sebaya kan kita bahas masalah mereka yang mana broken home pasti masalahnya sangat kompleks. Tidak hanya bicara tetapi juga mendengarkan musik, mengucapkan apa yang kita rasakan setelah mendengarkan lagu tersebut. Nanti juga kita akan ada kegiatan menulis jurnal bersama. Lalu kumpulan jurnal itu kita akan disatukan dengan syair-syair lagu yang nanti ada juga di salah satu kegiatan kami yang akan dibuat jadi buku. Nah itu juga harapannya bisa cetak, terbit gitu. Jadi mereka juga punya karya seni yang diakui,” tutur Tri Ratna Chaniyatun Nisa.
Program ini sudah mulai berjalan dan baru melaksanakan tahapan sosialisasi dan internalisasi program. Setelah sejauh ini, tim Pelipur IPB tentunya memiliki harapan besar kedepannya diluar output wajib PKM PM.
“Pertama, Anak-anak ini bisa menemukan save place mereka. Artinya save place itu adalah ruang yang aman dan nyaman untuk mengekspresikan diri. Kedua, kita juga berharap adik-adik ini tidak mendapat stereotip yang negatif dari orang-orang disekitarnya. Ketiga, mereka dapat mengeluarkan karya seni supaya menjadi bekal mereka di masa depan agar dapat menginspirasi anak-anak di luar sana lainnya yang justru tidak ikut kegiatan kita dan dari awal dan mereka yang aku bilang yang kayak pemimpin local heroes yang melanjutkan kegiatan kita. Agar program kita terus berlanjut nanti kita mengkader adik-adik perwakilan atau bahkan seluruhnya agar supaya mereka menebarkan kebaikan kepada sesamanya,” ujar Tri Ratna Chaniyatun Nisa saat ditanyai harapannya.
Reporter: Rosita
Editor: Shintia Rahma Islamiati
Tambahkan Komentar