Tim PKM PM Ausome IPB University Membawa Perubahan Positif bagi Anak Autis di YPD Kota Bogor melalui Metode Love-Mission

Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) yang diketuai oleh Censa Amelia Febriyanti berhasil melaksanakan suatu program pengabdian nyata terhadap suatu kelompok masyarakat di Kota Bogor. Tim yang beranggotakan Khopipah Assonda, Ganta Gaffrila, Kheisya Mutiara Idhan dan Ryza Sativa yang didampingi oleh Dr. Adisti Permatasari Putri Hartoyo, S.Hut., M.Si., membuat sebuah program yang berjudul “Penguatan Life Skills melalui Metode Love-Mission pada Anak Autis Yayasan Penyandang Disabilitas Kota Bogor untuk Meningkatkan Social-awareness” atau disebut dengan Ausome (Autis Awesome). Program ini merupakan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di Yayasan Penyandang Disabilitas (YPD) Kota Bogor.

YPD Kota Bogor adalah salah satu yayasan yang menaungi masyarakat penyandang disabilitas dan melaksanakan program pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas. YPD Kota Bogor mewadahi penyandang disabilitas dari berbagai daerah dengan jumlah disabilitas sebanyak 77 orang. Menurut keterangan dari Censa, jumlah anak autis di YPD Kota Bogor selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2022 tercatat 9 anak autis tergabung di YPD Kota Bogor, sedangkan pada tahun 2023 bertambah menjadi 16 anak autis. YPD Kota Bogor telah melaksanakan program pengajaran membaca, menulis, berhitung, pelatihan musik dan seni yang bertujuan menggali potensi anak-anak penyandang disabilitas.

“Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua YPD Kota Bogor pada tanggal 24 Februari 2023, sebagian besar anak penyandang autis ternyata belum memiliki sikap disiplin, kemandirian, dan kemampuan bantu diri (self-help skills) seperti tidur secara mandiri, mandi, memakai pakaian, makan, dan minum,” tutur Censa.

Selain itu, secara personal masalah dari anak autis tersebut adalah tidak bisa memahami diri sendiri, bahkan terdapat anak autis yang tidak mengetahui namanya sendiri. Censa menjelaskan bahwa anak autis di YPD Kota Bogor cenderung fokus pada kegiatan yang disenanginya sehingga saat proses belajar, mereka tidak memedulikan instruksi dari pengajar dan kesulitan dalam bekerjasama. Metode belajar yang telah diterapkan di YPD Kota Bogor dinyatakan juga belum berjalan secara optimal karena keterbatasan alat dan bahan pembelajaran, materi pembelajaran yang belum terintegrasi dengan baik, serta terbatasnya jumlah staf pengajar. Masalah yang dipaparkan tersebut menjadi salah satu latar belakang tercetusnya program Ausome ini.

“Ausome adalah program untuk menguatkan life skills dengan menggunakan metode Love-Mission pada anak autis di Yayasan Penyandang Disabilitas Kota Bogor guna meningkatkan social-awareness mereka,” ucap Censa.

Program Ausome terdiri dari Ausome Mission 1: Get to Know Ausome, yakni sosialisasi kepada anak autis, pengajar, dan orang tua terkait rincian pelaksanaan program Ausome, lalu Ausome Mission 2: Hear My Story, yakni kegiatan bagi anak autis untuk dapat bercerita dan mengekspresikan dirinya dalam bentuk konseling untuk lebih mengenal dan meningkatkan motivasi untuk menerima dan mencintai diri sendiri, kemudian Ausome Mission 3: Ausome Activity Schedule, yakni melakukan pengamatan terhadap perkembangan anak autis melalui Ausome activity schedule yang dilakukan oleh pengajar dan orang tua anak autis.

Setelah itu, terdapat Ausome Mission 4: Rainbow Farming, yaitu kegiatan pelatihan organic farming yang dikemas secara kreatif dan menarik melalui permainan warna bagi anak autis YPD Kota Bogor, lalu Ausome Mission 5: My Adventure, yaitu kegiatan outbound bersama anak autis YPD Kota Bogor yang dikemas dalam bentuk games interaktif yaitu jejak kehidupan dan fruit hunter dengan menerapkan 4 pilar karakter yang telah distimulasikan dari program sebelumnya, dan terakhir ada Ausome Day: Spread Autis Love, yakni kegiatan pameran karya dan seni dari anak autis YPD Kota Bogor dengan mengundang berbagai stakeholders. 

Tim PKM PM Ausome menyajikan suatu program dengan menggunakan metode pembelajaran melalui pendekatan behavioristik dengan mengadopsi metode Lovaas dan penanaman empat pilar karakter yang yang terdapat pada Indonesia Heritage Foundation (2020) yang diharapkan dari program ini nantinya dapat membantu membangun kemampuan secara sosial, mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diharapkan dari anak-anak autis.

“Sesuai dengan namanya “Ausome” yang pelafalannya sama dengan awesome kami berharap bahwa nantinya anak autis ini akan menjadi anak yang luar biasa,” tutup Censa.

Reporter: Haidar Ramdhani

Editor: Shintia Rahma Islamiati

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.