Teladan Seorang Profesor Restorasi Lahan Basah

Sumber: twitter Daniel Murdiyarso
Sumber: twitter Daniel Murdiyarso

Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan pola yang diberikan alam. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini terus menambah frekuensi pemanfaatan terhadap sumberdaya alam. Lahan-lahan konsesi terus bermunculan ketika manusia merasa bahwa alam memberi manfaat besar baginya. Hal inilah yang selalu menjadi perdebatan di kalangan ahli ketika terdapat trade off antara pengembangan pembangunan untuk kesejahteraan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Menurut seorang Prof. Daniel Murdiyarso hal tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan pada iklim bumi saat ini.

Prof. Daniel Murdiyarso lahir pada tanggal 10 September 1955 di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Prof. Daniel merupakan seorang peneliti senior yang berkiprah di dalam kegiatan restorasi lahan basah berupa lahan gambut dan ekosistem mangrove. Komitmen dan integritas beliau terhadap upaya pelestarian lingkungan melalui restorasi lahan basah telah membawanya pada penghargaan Achmad Bakrie tahun 2010 dan penghargaan Sarwono tahun 2018 dari LIPI. Beliau juga aktif dalam beberapa keanggotaan internasional untuk konvensi perubahan iklim.

Beberapa hambatan karena usia yang tidak lagi muda bukanlah sebuah alasan yang mematahkan semangat beliau untuk ikut memecahkan permasalahan global. Beliau juga aktif dalam Global Change Impact Center for Southeast Asia (IC-SEA) setelah pulang dari Inggris pada tahun 1985. Organisasi ini membahas mengenai isu perubahan lingkungan global. Dedikasi untuk negeri juga diwujudkan beliau dalam bentuk pengabdiannya sebagai Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 2000-2002.

Semangat yang besar untuk turut memecahkan persoalan dunia merupakan teladan yang perlu kita ikuti. Sebagai orang yang terukur secara individual, terkadang kita hanya fokus untuk memecahkan permasalahan pribadi tanpa
menghiraukan keadaan sekitar kita. Potensi yang besar memang memiliki kapasitas terbatas, tetapi itu bukanlah alasan bagi kita untuk acuh terhadap persoalan publik. Saat ini banyak sekali kelompok
free riders yang hanya bergantung kepada orang lain untuk mengatasi permasalahan publik, tetapi kelompok ini tetap ikut menikmati jasa lingkungan yang sifatnya public goods tersebut.

Prof. Daniel mengajarkan kepada kita bahwa alam memberi manfaat yang sangat baik serta berlimpah kepada manusia dan kita sangat membutuhkan ketersediaannya secara berkesinambungan. Namun, kegiatan manusia yang
eksploitatif ini hanya akan membawa manusia pada tahap krisis terhadap alam. Beliau memberi teladan untuk tetap memelihara jasa lingkungan kita walau sebenarnya jasa lingkungan tersebut dinilai terlalu rendah oleh publik bahkan tidak memiliki harga di pasar nasional maupun internasional.

Prestasi beliau pada tingkat nasional bahkan internasional tidak menjadikannya terlena dalam pujian, tetapi menjadi cambuk untuk terus memberi yang terbaik kepada negeri. Teladan yang beliau berikan telah menginspirasi banyak mahasiswanya terutama di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selain dua penghargaan nasional di atas, sebuah penghargaan internasional yang bergengsi juga pernah beliau dapatkan. Beliau merupakan salah seorang penerima Nobel Perdamaian pada tanggal 10 Desember 2007 di Balai Kota Oslo, Norwegia bersama dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Albert Arnold Gore atau lebih dikenal dengan panggilan Al Gore dan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Rajendra Pachauri.

Komitmen besar terhadap isu lingkungan sangatlah penting karena hal ini berkaitan dengan kemampuan alam untuk memulihkan keadaannya. Manusia mampu merusak alam dalam waktu yang sebentar, tetapi alam perlu puluhan tahun untuk melakukan recovery. Namun, permasalahannya adalah manusia tidak mampu menunggu dalam siklus puluhan tahun untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga alam mesti terus menyokong pemenuhan kebutuhan manusia ini. Fokus yang besar terhadap pemulihan lingkungan karena aih fungsi lahan gambut dan reklamasi terhadap ekosistem mangrove akan memberi dampak yang baik pula terhadap iklim. Prof. Daniel dan timnya mengkaji implikasi setiap tindakan manusia ini terhadap mekanisme perubahan iklim dan memberi solusi terbaik untuk menanggulanginya. Dalam kajian ini, beliau menjadi Penasihat Wetlands International dalam kajian lahan gambut dan menjadi Penasihat Bank Dunia untuk pengembangan Bio-Carbon Fund dan Forest Carbon Partnership Facility.

Prof. Daniel ingin membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap isu-isu lingkungan dan pemanasan global melalui beberapa kegiatan berbasis lingkungan yang diselenggarakan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR). Tujuan beliau adalah membuat masyarakat peka terhadap kebutuhan lingkungan dan tidak hanya diam ketika terjadi kegiatan yang memicu kerusakan lingkungan. Hal ini telah membuktikan kepada kita bahwa dedikasi terhadap isu global itu penting karena skala dampaknya yang lebih besar. Sebagian orang mungkin merasa sulit untuk menumbuhkan kepekaan terhadap permasalahan sosial karena takut tidak berdampak apa-apa. Sebenarnya suatu kontribusi yang besar tidak mesti diawali dengan sebuah gerakan yang besar. Kita mesti memulai prosesnya dari tahap yang sederhana dengan memberi komitmen yang besar. Tidak harus memulai dengan perubahan-perubahan yang besar, mulailah dengan kegiatan yang kecil tapi dengan cinta yang besar.

Prof. Daniel memberi teladan yang besar bagi kita untuk berkontribusi terhadap isu permasalahan lingkungan. Kita memiliki kelebihan dengan faktor usia yang masih muda serta masih kaya akan gagasan dan inovasi baru. Kita mesti memiliki visi global dengan berakar pada nilai-nilai budaya lokal ketika memulai kontibusi terhadap kepentingan sosial. Pelajaran baik yang perlu kita ambil adalah untuk tidak pernah merasa terlena dan tinggi hati dengan prestasi yang kita dapatkan sekarang, tetapi jadikanlah hal tersebut sebagai pemicu untuk memberi dedikasi terbaik kepada negeri. Think globally and act locally.

Aldi Alparando

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.