Menyusul lomba desain poster bertema “Pesan Untuk Indonesia, Semoga Cepat Pulih”, Koran Kampus IPB University mengadakan webinar yang masih dalam serangkaian acara tahunan bernuansa seni, Art Talk, dengan tajuk “Trik Jitu Desain Poster Ala-Ala, tapi Nggak Ala Kadarnya” pada Sabtu (23/10). Melalui Zoom Meeting dan live streaming di kanal YouTube Koran Kampus IPB, webinar ini menghadirkan desainer grafis Muhammad Nugroho Fihifdillah, atau yang dikenal sebagai Nugrohoiif di akun Instagram miliknya.
Webinar dibuka dengan sambutan Ketua Pelaksana Art Talk 2021, Muthia Kautsar Rusydah, ditambah pemberitahuan mengenai pengumuman pemenang lomba desain poster yang akan dibacakan pada penghujung acara. “Rangkaian Art Talk ini diharapkan juga bisa menjadi ajang mencari ilmu bagi peserta umum maupun kru Korpus itu sendiri,” tambah Pimpinan Koran Kampus IPB, Pawitri Adhistyana Mayesti, dalam sambutannya.
Nugroho membuka webinar dengan opininya mengenai desain grafis. “Desain itu sebenarnya yang dijual dari visualnya. Walaupun mungkin kontennya biasa aja, tetapi yang kita jual itu visualnya.”
Sebagai alumni S1 jurusan Hasil Hutan IPB University, pembicara yang akrab disapa Nugroho Iif itu mengungkapkan bahwa keputusannya untuk banting setir dan mendalami ilmu desain grafis merupakan hal yang lumrah di era digital. Banyaknya pekerjaan yang digantikan oleh kemajuan teknologi membuat skill digital dan personal branding menjadi sangat diperlukan. Kedua hal tersebut akan mendatangkan kepercayaan publik pada seorang desainer grafis. “Era digital ini sangat distraktif. Kalau kita hanya mengandalkan satu sektor saja, bisa-bisa kita nggak punya pendapatan nantinya,” ucap Nugroho.
Dalam paparannya, Nugroho menyampaikan perbedaan desain grafis dan seni murni terletak pada fungsi dan orientasinya. Desain grafis menjadi media komunikasi digital di bawah naungan digital marketing, sedangkan seni murni berorientasi pada kepuasan penciptanya. Sebagai tambahan, desain grafis tidak membutuhkan skill menggambar, cukup menguasai cara mengombinasikan elemen-elemen desain menjadi menarik. Menurut Nugroho, desainer grafis sebaiknya fokus pada salah satu spesifikasi desain untuk meningkatkan value-nya, baik itu visual identity design (desain logo), desain UI UX, desain packaging, desain marketing & advertising, desain ilustrasi, ataupun desain 3D.
“Desain yang bagus itu harus dipertimbangkan sebelum masuk ke prinsipnya, harus sesuai dengan bisnis yang dijalankan terlebih dahulu,” jelas Nugroho. Pemaparannya meliputi prinsip-prinsip pembuatan desain sesuai dengan kebutuhan serta penjelasan mengenai variasi lisensi desain, tips memilih font dan warna, hingga cara penggunaan microstock yang bisa digunakan untuk elemen desain. Sebagai tambahan, Nugroho menampilkan demonstrasi pembuatan desain untuk microblog di Adobe Photoshop, termasuk cara masking, seleksi, dan dodge and burn yang menjadi ciri khas aplikasi tersebut.
Tidak lupa, pada sesi tanya jawab, Nugroho menegaskan pentingnya mencantumkan lisensi legal serta tidak menggunakan font beridentitas personal use, terutama untuk desain yang dipublikasikan atau dilombakan. Nugroho juga memberikan tips-tips bermanfaat, seperti sering melihat desain lain guna meningkatkan taste design serta membuat desain yang bisa diperjualbelikan sebagai passive income.
“Tebar jaring aja, pelajari apa pun itu. Jadi ketika lulus, bukan berproses apa pun lagi, tetapi kita sudah punya beberapa persen skill, tinggal pilih pakai yang mana,” ungkap Nugroho untuk meyakinkan peserta masuk ke dunia desain sekaligus memungkasi sesi webinar.
Setelah pengumuman pemenang di penghujung acara, Muthia meresmikan pembukaan Ekshibisi yang berisi karya-karya seluruh peserta Art Talk 2021 dan karya lainnya dari kru Koran Kampus IPB. Ekshibisi ini hanya dapat diakses menggunakan gawai, tetapi tetap mampu memberikan kesan masuk ke galeri seni sungguhan. Pengunjung dapat melihat tampilan karya beserta deskripsi lengkapnya.
Reporter: Nur Alfia Rahmah, Syaharani Salsabila
Fotografer: Gian Achmad Ramdani
Editor: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah
Tambahkan Komentar