Banyak gosip yang beredar di kalangan mahasiswa bahwa pria yang masih menjadi mahasiswa tingkat akhir dan masih menggarap skripsinya ini dinyatakan akan lulus dengan IPK 4. Tetapi, Dody menjawab dengan senyuman, “Ah, tidak. Itu gosip dari mana ya. Memang dulu waktu tingkat satu saya mendapatkan IPK 4. Tapi kalau sekarang sudah tidak,”
Dody Setiawan, kelahiran Nganjuk, 18 Mei 1990, salah satu mahasiswa Geofisika dan Meteorologi (GFM) di Institut Pertanian Bogor. Saat diminta untuk memperkenalkan diri, Dody, biasa ia disapa, menjawabnya dengan santai sambil menorehkan senyum dari bibirnya.
Banyak gosip yang beredar di kalangan mahasiswa bahwa lelaki yang masih menjadi mahasiswa tingkat akhir dan masih menggarap skripsinya ini dinyatakan akan lulus dengan IPK 4. Tetapi, Dody menjawab dengan senyuman, “Ah, tidak. Itu gosip dari mana ya. Memang dulu waktu tingkat satu saya mendapatkan IPK 4. Tapi kalau sekarang sudah tidak,”
Dody memiliki perencanaan untuk menempuh perjalanan studinya di Institut Pertanian Bogor. Pada tingkat satu atau Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Dody menetapkan akademik sebagai fokus utamanya. Oleh karena itu selain kegiatan kuliah, Dody hanya mengikuti UKM Taekwondo saja. Menurut Dody, matakuliah-matakuliah yang wajib diambil pada saat TPB merupakan matakuliah yang sangat memungkinkan untuk diraih nilai maksimalnya. Dody berfokus pada satu titik, yaitu akademik. Hasilnya, ia sukses mendapatkan IPK 4.0 saat TPB.
Pada tingkat kedua, lelaki yang sangat peduli dengan lingkungan ini merubah konsentrasinya dari akademik ke organisasi. Ia menyadari bahwa akademik bukanlah satu-satunya penunjang keberhasilan di masa depan, oleh karena itu mulai berfokus pada organisasi, tanpa mengesampingkan akademik tentunya.
“Pertama kali ikut organisasi, saya merasa ada yang beda. Cukup kaget pastinya karena rutinitas dan kesibukan menjadi semakin banyak. Konsentrasinya juga terbagi menjadi dua,” tutur Dody ketika mengingat pengalaman pertama berorganisasi di kampus.
“Malah dengan semakin sibuk, saya menjadi semakin bisa mengatur waktu,” tambahnya.
Pada tingkat ketiga, fokus Dody berubah. Ia memprioritaskan dirinya pada kegiatan ilmiah dan acara internasional. Ia mengikuti seminar internasional di Solo. Pria yang sangat peduli pada lingkungan ini juga pernah mengikuti training environmentalist bersama Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) di Jakarta serta menjadi delegasi dalam konferensi lingkungan di Cina dan India.
Baru-baru ini, tepatnya pada bulan Juli 2012 lalu, ia mengikuti International Youth Forum (IYF) Seliger. IYF Seliger merupakan kegiatan tahunan rutin yang diadakan oleh Pemerintah Rusia. Setelah mendapat info pembukaan pendaftaran, ia mengisi form pendaftaran dan membaut essay yang bertemakan globalisasi. Tanpa ia sangka, ia berhasil lolos menjadi salah satu peserta IYF Seliger di Rusia.
“Sekali kita mengikuti kegiatan internasional, kita mendapatkan jaringan. Dari jaringan tersebut, kita akan mendapatkan banyak informasi,” ujar Dody.
Rupanya target yang ingin ia capai saat ia masih menjadi mahasiswa tingkat awal adalah menjadi mahasiswa berprestasi (mapres) di IPB. “Saya punya target pengen jadi mapres. Karena mapres itu mengcover semuanya. Mulai dari akademik, organisasi dan serta kepedulian sosial,” jelas Dody. Atas usaha dan kerja kerasnya, target Dody tercapai. Setelah menjadi mapres satu di Departemen GFM, Dody juga meraih penghargaan sebagai mapres tiga Institut Pertanian Bogor tahun ini.
Setelah menjadi Mahasiswa Berprestasi, ia mendirikan sebuah komunitas yang bernama Creative Learning Club Geomet atau CLC Geomet. Komunitas ini baru saja didirikan pada September lalu. Dody terinspirasi oleh Tina, mahasiswa berprestasi dari departemen Gizi Masyarakat tahun lalu, yang telah mendirikan Creative Learning Club Himagizi. Komunitas ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan belajar para mahasiswa. Saat ini lingkup komunitas CLC Geomet masih berada di Departemen GFM saja. Namun ke depannya, ia ingin agar komunitas CLC berkembang dan dapat mewadahi para mahasiswa di IPB.
Dody menuturkan bahwa lingkungan yang ada di IPB sangat mendukung mahasiswanya untuk berprestasi tidak hanya di tingkat kampus, melainkan juga tingkat internasional. Teman-teman yang kompetitif menambah semangatnya untuk selalu berprestasi.
Saat ini Dody berfokus menggarap skripsinya untuk mendapatkan gelar S1 lulusan Geofisika dan Meteorologi. Namun sejak September lalu, ia juga sudah diterima bekerja di salah satu perusahaan.
“Penggarapan skripsi dilakukan hari Sabtu dan Minggu karena pada hari lainnya saya harus bekerja” tukasnya sambil tersenyum ketika ditanya mengenai pembagian waktu kerja dan menulis skripsi.
Saat ditanya mengenai rencana ke depan, ia mengutarakan keinginan untuk melanjutkan studinya ke paca sarjana. Namun untuk saat ini, Dody lebih memililh untuk bekerja terlebih dahulu agar mendapatkan pengalaman dan memahami lingkungan luar kampus. Setelah ia merasa cukup pengalaman, barulah ia melanjutkan studi ke pasca sarjana.
“Saya ingin menikmati hidup saya setelah berumur enam puluh tahun” ujar Dody sembari tertawa. Menurut Dody, usia sebelum enam puluh tahun adalah masa-masa dimana seseorang masih produktif sehingga harus dimanfaatkan dengan baik agar berguna bagi masyarakat luas.
“Bagi mahasiswa yang masih di tingkat awal, sebaiknya mulai mengembangkan diri. Kembangkan soft skill, kemampuan berbahasa Inggris, dan rencanakan dengan jelas apa saja yang akan kalian lakukan selama empat tahun menjalani masa studi,” pesan Dody kepada adik-adik tingkat di IPB.
Nanda Karlita
Tambahkan Komentar