Salah satu tim PKM Kewirausahaan (PKM-K) dari IPB University berhasil mengembangkan sebuah produk inovasi bernama BETASARBON. BETASARBON merupakan pangan fungsional berupa crackers berbahan dasar beras hitam dan tepung tulang ikan untuk mencegah obesitas.
Pembuatan BETASARBON dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka obesitas di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia memiliki pangan yang ternyata berpotensi mencegah obesitas, antara lain beras hitam dan tulang ikan.
Beras hitam yang produksinya cukup tinggi di Indonesia mengandung serat pangan yang berguna dalam menunda pengosongan lambung dan menurunkan kolesterol. Sementara itu, tulang ikan yang kaya akan mineral penghambat penyerapan lemak, seperti kalsium justru kurang dimanfaatkan dan seringnya terbuang sia-sia. Selain beras hitam dan tulang ikan, BETASARBON juga ditambah dengan Sargassum sp. yang kandungan polifenolnya dapat menghambat penyerapan lemak dan gula.
Oleh karena itu, tim yang beranggotakan Raychan Zalza A., Saddam Al Husain, Feby Dwi Jayanti, Ghefira Nurhaliza, dan Siril Fuad ini berinovasi menggabungkan ketiga pangan lokal tersebut menjadi sebuah camilan sehat yang rendah kalori, tinggi serat, dan kaya mineral sebagai pencegah obesitas. Pembuatan BETASARBON juga bertujuan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor tiga terkait peningkatan kesejahteraan dan nomor empat belas terkait pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut.
Prof. Dr. Ir. Nurjanah, MS selaku dosen pembimbing Tim BETASARBON berhasil menemani tim ini sejak proses pencarian bahan baku yang berkualitas dan terjangkau, formulasi produk, perhitungan kandungan gizi, sampai memasarkan BETASARBON secara offline dan online. Pembuatan BETASARBON sendiri dikerjakan di Laboratorium Pilot Plan Fakultas Teknik Pertanian dan Laboratorium Preservasi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University.
Proses pembuatan BETASARBON tidak luput dari berbagai hambatan. Hambatan paling besar yang pernah dialami Tim BETASARBON selama pembuatan adalah sulitnya meminimalisasi rasa sedikit amis dari tulang ikan. Kendati demikian, Tim BETASARBON tidak putus asa dan mencoba mencari solusi untuk masalah ini.
“Untuk mengatasi bau amis, kami berulang-ulang mengubah formulasi komposisi bahan sehingga mendapati formula yang tepat,” ujar Saddam.
Setelah dipasarkan, BETASARBON mendapat reaksi yang bagus dari konsumen. Konsumen berpendapat bahwa BETSARBON memiliki rasa yang unik diawal, rasa manis di akhir, dan memiliki tingkat kerenyahan yang pas. Namun, ada juga yang berkomentar terkait bumbu BETASARBON yang sedikit.
“Terkait bumbu yang sedikit, kami membuat seperti itu demi kebaikan konsumen. Kami sangat memperhatikan bahan tambahan pangan agar sesuai dengan aturan menurut standar BPOM,” tutur Saddam.
Saat ini, Tim BETASARBON sedang fokus mengurus hak paten dan mempersiapkan presentasi BETASARBON dalam PKP2. Ke depannya, Tim BETASARBON akan berupaya agar BETASARBON bisa mendapatkan sertifikasi halal dan mengatur strategi agar BETASARBON dapat dipasarkan dalam jangkauan yang lebih luas.
Reporter: Hana Waldah Mariam
Editor: Shintia Rahma Islamiati
Tambahkan Komentar