Mereka kususun satu per satu
Satu per satu
Pecahan yang berantakan
Jumlahnya banyak
Dan ukurannya beragam jenis
Aku senang menyusun pecahan-pecahan itu
Mereka ringan dan berwarna
Kadang mereka memberi rasa hangat
Kadang mereka memberi rasa gembira
Tapi
Aku kesusahan menyusun pecahan yang satu ini
Warnanya hitam gelap sampai aku tak sadar keberadaannya
Ukurannya begitu besar
Benarkah itu pecahan milikku?
Lama pecahan itu ku amati
Lama hati dan pikiranku menimbang-nimbang
Tapi tak mungkin
Ini adalah lautan cerita milikku
Tak mungkin pecahannya milik orang lain
Kupegang dan kurasakan
Pecahan itu menyakitkan
Memegangnya membuat darahku mengucur deras
Rasanya buruk dan berbahaya
Bagaimana aku bisa menyusunnya?
Aku tak mau menyatukannya dengan perasaan lain
Lihatlah
Pecahan lain begitu warna-warni
Tak tega aku merusak kehangatan dan rasa senang pecahan-pecahan itu
Tapi tanpa pecahan hitam ini
Pecahan lain tak sempurna
Aku termenung
Lama aku mempertimbangkan
Anganku meratapi bagaimana langkahku seharusnya
Semakin lama hingga aku sadar
Susunan pecahan warna-warni itu memanggilku
Mengatakan bahwa tak apa
Tak mengapa jika pecahan hitam itu menyatu dengan kelap-kelip keindahan mereka
Tak mengapa karena mereka tak akan tahu bagaimana jadinya jika pecahan itu tidak sempurna
“Kau tak akan tahu bagaimana bentuk akhir dari pecahan-pecahan ini jika kau tidak menyatukannya”
Maka terseok-seok langkahku berjalan
Sedih, marah, ingin menyerah
Letih, kecewa, dan kosong
Pecahan itu kusatukan dengan pecahan lain
Perlahan-lahan
Pelan-pelan
Mereka bersatu
Dan membentuk suatu warna baru
Berkilauan indah dan mempesona
Saling menyempurnakan satu sama lain
Pecahan hitam itu tidak lagi begitu besar
Ia menyatu dengan warna lain
Saat kupegang ia tidak lagi menyakitkan
Pecahan itu berasa pengalaman
Memberi rasa hangat seperti mengingat perjuangan
Ia mengingatkanku dengan perasaan lain
Ia mengingatkanku dengan masa lalu
Ternyata Amor Fati
Pecahan itu penderitaan dan kehilangan
Yang harus kuterima karena ia baik
Aku memerlukannya untuk menghargai pecahan lain di lautan cerita
Ratapanku yang berlarut-larut memikirkan pecahan hitam itu tak perlu kusesali
Pecahan itu mengajarkanku arti menerima
Sesuatu yang sedang, telah, dan yang belum terjadi adalah perihal penerimaan
Pecahan itu adalah Amor Fati
Reporter: Rani Zuwinta
Ilustrator: Ayu Amalia Sari
Editor: Fatin Humairo’
Tambahkan Komentar