[Resensi] Manusia Langit: Sebuah Novel Etnografis

Judul buku : Manusia Langit: Sebuah Novel Etnografis
Pengarang : J. A. Sonjaya
Tebal buku : xi + 210
Penerbit : Kompas, 2010

Mahendra, seorang arkeolog muda, berusaha melepaskan diri dari kungkungan peradaban kampus. Ia melarikan diri ke Banuaha, sebuah kampung di pedalaman Pulau Nias, yang diyakini penduduk aslinya sebagai tempat turunnya manusia dari langit. Di sana ia banyak belajar mengenai persamaan dan perbedaan antara dua dunia: dunia kampus di Yogyakarta dan dunia orang Nias di Banuaha. Persamaan dan perbedaan yang menyangkut prinsip hidup-mati, harga diri, pesta, juga soal perempuan.

Penulis menggambarkan mereka yang berada di lingkungan perguruan tinggi sebagai manusia langit, sedangkan masyarakat, terutama yang berada di daerah pedalaman, sebagai manusia bumi. Melalui novel ini, kita dapat mengetahui lebih dalam tentang seluk beluk budaya Nias, tentang bagaimana harga diri menjadi hal yang sangat penting sampai-sampai seorang kepala desa rela jatuh miskin dan berhutang kesana-kemari untuk dapat menggelar pesta hanya demi bisa dihormati warganya, juga tentang mahalnya harga seorang wanita di Nias untuk dapat dinikahi.

Kekuatan novel ini terletak pada gaya bahasanya yang ringan, meskipun disisipi beberapa istilah arkeologi. Setting budaya dan kehidupan Nias digambarkan dengan sangat baik. Sayangnya, akhir cerita novel ini terkesan terlalu dipaksakan. Beberapa dialog antar tokoh juga menggunakan istilah dan bahasa daerah Nias sehingga membingungkan pembaca.

Nur Azizah Rizki A.

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.