[Resensi] The Bang Bang Club : Peran Pers sebagai Jembatan Melihat Dunia

Produser                       : Adam Friedlander
Sutradara                      : Steven Perak
Penulis naskah               : Steven Perak
Aktor dan Artis                : Taylor Kitsch, Ryan Phillippe, Frank Rautenbach, Neels Van Jaarsveld, Malin AkermanPatrick Lyster, Russel Savadier
Film bang bang club mengisahkan 4 fotografer Greg Marinovich (Ryan Phillippe), Joao Silva (Neels Van Jaarsveld), Kevin Carter (Taylor Kitsch), dan Ken Oesterbroek (Frank Rautenbach) yang meliput ketegangan pasca perang setelah pembebasan Nelson Mandela hingga proses pemilu pertama di Afrika selatan pada tahun 1994. Mereka berjuang mendapatkan foto terbaik bahkan dengan pengambilan foto dalam jarak yang begitu dekat ketika pertikaian sedang berlangsung. Tak jarang harian ternama dari penjuru dunia mau membayar mahal hasil foto dan video mereka. Salah satu foto Greg Marinovich berhasil mendapat penghargaan Pulitzer Zulu Spy 1992 penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik.Kesuksesan Greg pun diikuti oleh Kevin dengan penghargaan pulitzer Bearing Witness 1994, foto yang menggambarkan anak kecil yang kelaparan bersama burung pemakan bangkai ketika Kevin bertugas di Sudan.
Film ini diangkat dari buku Autobiografi berjudul Marinovich and Silva (Snapshots A Hidden War), Buku yang bertutur tentang sensasi ketegangan pasca perang ras di Afrika Selatan dan moral untuk mengungkap kebenaran ini ditulis oleh Greg Marinovich dan Joao Silva setahun setelah tewasnya Oesterbroek dan bunuh dirinya Kevin Carter pada Juli 1994.
Tak pernah ada yang tahu bagaimana perasaan mereka saat mengambil foto-foto pembunuhan, baku tembak antar kelompok kulit hitam, serta kemiskinan dan kelaparan yang terjadi di Afrika. Menjadi saksi atas pembantaian tentu tidaklah mudah. Nyawa yang melayang tanpa alasan jelas, nasib anak-anak kelaparan menjadi pemandangan wajib buat mereka. Dengan semua pemandangan perang itu, mereka dituntut untuk tetap netral. Tidak boleh memihak dan tidak boleh menolong, karena jika mereka menolong maka akan dianggap memihak dan diincar oleh musuh dari pihak yang ditolong, yang hanya boleh mereka lakukan hanya mengambil gambar dari perang tersebut.
Disamping foto-foto mereka yang menjadi jembatan informasi kepada dunia, mereka justru dilanda keguncangan emosi ketika banyak wartawan lain bertanya mengenai foto yang tidak manusiawi itu. Serta kehilangan temannya yang tertembak saat perang antar kelompok kulit hitam berlangsung. Akhir film ini diceritakan alasan sebenarnya Kevin charter memilih untuk bunuh diri. Banyak orang percaya Kevin sangat meyesall karena memilih memotret daripada menolong anak kecil dalam fotonya.
Shalsa Nurhasanah
Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.