Sabtu 21 Oktober 2023, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Indonesian Green Action Forum (IGAF IPB) sukses menggelar kegiatan peringatan Climate Day 2023 yang diselenggarakan di Auditorium Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga (GMSK), IPB University. Climate Day 2023 merupakan program kerja unggulan dari UKM IGAF dan sebagai aksi nyata kepedulian terhadap isu perubahan iklim yang terjadi beberapa dekade belakangan ini.
Climate Day 2023 memiliki tujuan untuk mewujudkan gagasan inovatif yang muncul sebagai upaya mengatasi perubahan iklim, membangun networking antar organisasi IPB yang bergerak di bidang lingkungan dan mengangkat kembali IPB sebagai Green Campus.
Climate Day 2023 mengusung tema baru yaitu “Climate Change Movement: Move to be Greener”. Kegiatan ini terdiri dari dua rangkaian acara, yaitu Climate Change Movement Competition dan IGAF Open Discussion (IOD).
“IOD adalah kegiatan focus group discussion bersama generasi muda dan mahasiswa IPB yang fokus pada macam-macam climate change, dengan tema diskusi yang kami usung yakni “Responses, Adaptation, Mitigation For Climate Change” yang mana tema ini akan membicarakan bagaimana kondisi iklim global ataupun lokal dan solusi apa yang akan disampaikan,” ujar Azriel selaku Ketua IGAF IPB.
Climate Day 2023 mengundang dua pembicara yang cakap di bidangnya, yaitu Kak Adila Isfandiari dari GreenPeace Indonesia dan Pak Sandhi Eko Bramono dari Kementerian PUPR yang juga perwakilan dari 10th World Water Forum.
Pemaparan pertama disampaikan oleh Kak Adila Isfandiari dari GreenPeace Indonesia yang membahas terkait bukti nyata krisis perubahan iklim yang terjadi di Indonesia.
Kak Adila menekankan bahwa perubahan iklim yang terjadi di Indonesia parah dan tidak sesuai dengan Paris Agreement yang telah disepakati pada tahun 2015 serta menyoroti terkait komitmen iklim negara di dunia yang sama sekali tidak ada yang mampu memenuhi Paris Agreement.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi di dunia, menyumbang 55% dari total emisi global tahun 2050 yang akan membawa kenaikan temperatur global mencapai 4°C.
Kak Adila menekankan bahwa penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) tertinggi adalah sektor energi, sehingga perlu adanya transisi energi dari energi fosil menjadi energi terbarukan serta menekankan pentingnya generasi muda dalam mengakselerasi program transisi energi dan mengurangi perubahan iklim yang terjadi.
Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Pak Sandhi Eko Bramono dari 10th World Water Forum terkait peran generasi muda melalui kolaborasi pemuda dan pemerintah dalam merealisasikan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-6: air bersih dan sanitasi layak.
Pak Sandhi memaparkan bahwa Indonesia memiliki komitmen untuk memberikan akses air minum layak 100% dan untuk akses air minum aman sebesar 15%. Sedangkan, untuk sanitasi layak sebesar 90% dan akses sanitasi aman sebesar 15% pada tahun 2024.
Namun, kenyataannya pada tahun 2022 layanan dasar air minum dan sanitasi masih jauh dari target yang ditentukan pada tahun 2024. Hal ini dikarenakan banyaknya tantangan untuk mewujudkan air minum dan sanitasi aman seperti masalah teknis, regulasi, kelembagaan, pendanaan, dan peran serta masyarakat.
Hal ini mendorong pemerintah menerapkan konsep ‘THIS’ dalam mewujudkan tujuan ke-6 SDGs yakni tematik, holistik, integratif, dan spasial. Serta menekankan bahwa peran generasi muda sebagai agen perubahan di rumah, masyarakat, dan penelitian sebagai pengakselerasi pengetahuan dan akselerasi percepatan poin ke-6 SDGs.
Harapan diselenggarakannya acara tersebut adalah untuk mengetahui risiko serta meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan climate change dan perencanaan penanggulangannya. Selain itu juga mengetahui bagaimana cara penyesuaian diri dalam menghadapi climate change dan mengetahui respon yang harus dilakukan dan disadari dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan climate change.
Reporter: Shintia Rahma Islamiati
Tambahkan Komentar