korpusipb.com—Sabtu (21/06), Closing Diskoria 2025 menjadi penutup satu tahun perjalanan mahasiswa Pendidikan Kompetensi Umum (PKU) IPB University angkatan 61, atau yang akrab disapa Narapati Bimantara. Berlangsung dengan mengesankan, Diskoria 2025 merupakan hasil kolaborasi antara Passion x Fesma (Pasma) dan Porseni 2025.
Grha Widya Wisuda (GWW), yang tahun lalu menyambut hangat Narapati Bimantara saat MPKMB IPB 61, kini menjelma menjadi titik akhir yang penuh tawa, haru dan kenangan.
Ketua Pelaksana Diskoria 2025, M.Rahmat Dafa, mengungkapkan bahwa penggabungan Pasma dan Porseni dilakukan karena keduanya memiliki tujuan yang saling bersinergi—memupuk minat, bakat dan mempererat solidaritas. “Kami ingin menciptakan suatu euforia terakhir sebelum melangkah ke departemen masing-masing”, ujarnya.
Salah satu peserta, Ririn Dwi Kumalasari, menyampaikan kesannya, “Diskoria ini bisa menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar KM PKU sebelum masuk ke departemen. Kita jadi mengukir kenangan bersama teman beda fakultas dan memperkuat solidaritas angkatan 61.”
Acara dibuka dengan penampilan kolaborasi dari vibraXion, Reki, dan Cahaya, membawakan medley lagu-lagu Disney seperti Love is an Open Door dan A Whole New World. Perpaduan vokal dan tarian mereka membangun suasana magis dan menghidupkan euforia acara.

Kemudian, sesi awarding Pasma 2025 dimulai. Sorakan riuh dan tepuk tangan mengiringi pengumuman pemenang dari berbagai cabang olahraga seperti basket, badminton, futsal, dodgeball, catur, hingga e-sport (Mobile Legends, PUBG, dan e-Football) . Di sela-sela sesi, Narapati Bimantara disuguhi penampilan dari The Scientist, pemenang lomba band Pasma 2025. Acara dilanjutkan dengan awarding Porseni 2025—ajang lomba seni bagi insan Asrama PKU IPB. Kategori yang diumumkan mencakup band, vokal solo, tari kreasi, dan puisi, juga ikut diumumkan. Jika Pasma mewakili lomba antar kelas, maka Porseni menyatukan talenta dari seluruh insan Asrama PKU IPB. Meskipun berbeda, semangat apresiasi tetap terasa tinggi di setiap nama yang dipanggil.
Sesi sore ditutup dengan penayangan video recap Porseni 2025 yang membangkitkan kembali kenangan satu tahun terakhir. Momen nostalgia itu berlanjut dengan penampilan kolaboratif dari Top 3 King & Queen yang membawakan pertunjukan dan menyampaikan pesan kebersamaan, serta pengumuman nominasi Fesma 2025.
Sesi malam dibuka oleh penampilan tari tradisional dan vokal dari para pemenang lomba seni. Sorak tepuk tangan menyambut meriah sebelum dilanjutkan awarding lomba olahraga, yang kembali memancing semangat tiap kelas PKU.
Tak ketinggalan, penampilan drama musikal dari Teater Cheetal sukses mengundang beragam ekspresi dari penonton— dari tawa hingga haru mendalam.

Menjelang akhir acara, dilakukan prosesi closing symbolic oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University, Prof. Dr. drh. Deni Noviana. Momen ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian PKU IPB 61, menuju awal perjalanan baru.
Panggung kembali ramai lewat penampilan dance penuh energi dari Glowlush yang menghidupkan kembali semangat audiens setelah jeda ishoma. Suasana semakin memuncak saat band Celestial yang membuat penonton tak hanya bernyanyi, tetapi ikut bernyanyi, berdiri, dan melompat mengikuti irama.
Puncak malam tiba saat Goyoung Gembira, guest star yang paling dinanti, tampil, dan mengguncang GWW. Penampilan mereka berhasil membakar api hingga akhir acara.
Goyoung Gembira yang terdiri dari Zaki Ilmi, Ateng, Daffa Ariq, dan Zilong menyebutkan bahwa mereka senang tampil di acara kampus seperti Diskoria 2025 karena vibes-nya menyenangkan dan audiensnya ekspresif. “Kita mau tampil di sini karena kita mau menghibur mahasiswa-mahasiswi IPB,” ungkap Goyoung Gembira saat diwawancara.
Keberhasilan Diskoria merupakan hasil kerja keras seluruh panitia yang telah mempersiapkan segalanya sejak jauh hari—mulai dari menyatukan dua acara besar, merancang konsep, hingga mengelola teknis di hari-H.
M. Rahmat Dafa, menutup dengan refleksi dan harapannya, “Ini adalah event terakhir yang ada di PKU. Kami ingin KM PKU merasakan kebahagiaan yang sama dan tetap teringat kalau dulu kita pernah punya masa-masa senang bersama.”.
Diskoria 2025 bukan sekadar perpisahan, melainkan titik temu terakhir, ruang untuk bersorak terakhir, dan kenangan yang akan terus hidup dalam Narapati Bimantara.
***
Reporter: Arnessa Bilbina
Fotografer: Muhammad Raflie Ghaisan Destiant
Editor: Fairuz Zain




Tambahkan Komentar