Pariaman tadanga langang, batabuik makonyo rami (Pariaman terdengar sepi, bertabut makanya ramai)
Agaknya lirik lagu minang ‘Pariaman’ di atas menyiratkan secara tidak langsung bahwa Tabuik merupakan sebuah perayaan adat yang dihelat untuk keramaian. Tabuik atau dalam bahasa Indonesia disebut Tabut yang secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti peti kayu. Benar saja, Tabuik merupakan sebuah istilah usungan jenazah yang dibawa selama proses perayaan adat.
Upacara Hoyak Tabuik di Pariaman (Sumber: restaprana.blogspot.com) |
Secara konstruksi, Tabuik memiliki tinggi 10-12 meter dengan bagian atas berupa keranda jenazah berbentuk menara. Bagian ini dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia. Bagian ini dianggap mewakili bentuk Buraq.
Menurut penuturan Aulia, mahasiswa TMB IPB yang berasal dari Pariaman, perayaan Tabuik secara rutin dihelat setiap memasuki tahun baru Hijriyah yakni dari tanggal 1-10 Muharram. Secara historis, Tabuik merupakan upacara untuk memperingati wafatnya Imam Hosen, cucu Nabi Muhammad yang kepalanya dipenggal dalam perang Karbala. Tak heran dalam upacara Tabuik terkenal teriakan “Hoyak Husein” sambil Tabuik tersebut digoyang-goyangkan oleh yang memikulnya.
Prosesi perayaan Tabuik dimulai dengan upacara Mambuek Daraga, yakni pembuatan rumah khusus untuk pengerjaan Tabuik. Dilanjutkan dengan upacara Maambiak Tanah yang dilakukan pada sore 1 Muharram oleh lelaki pengurus Daraga dengan pakian putih-putih. Kemudian, pada malam 5 Muharram secara beramai-ramai orang kampung masuk ke hutan untuk menebang pohon pisang yang dikenal dengan sebutan upacara Manabang Batang Pisang.
Setelah itu, pada 7 Muharram dilakukan upacara Maarak Panja, dimana penghuni Daraga akan mengitari Daraga sambil membawa peralatan Tabuik. Sehari setelahnya dilakukan upacara Maarak Sorban. Barulah pada tanggal 10 Muharram dilakukan upacara pengangkatan Tabuik dengan istilah Tabuik Naiak Pangke. Tabuik lalu diarak menuju pantai untuk dihanyutkan. Prosesi terakhir ini dikenal dengan Hoyak Tabuik.(*)
David Pratama
Tambahkan Komentar