Karya “Dogmatis”: ARM HA-IPB Manfaatkan Film sebagai Media Aksi Sosial

Film tidak berhenti sebagai media hiburan semata, karena menurut sutradara film, Jastis Arimba, “Film adalah produk yang sangat dogmatis.” Pernyataan tersebut ia paparkan saat film garapannya yang berjudul Jomblo Fi Sabilillah, yang dirilis pada 2023, ditayangkan ulang dalam kegiatan Nonton Bareng (Nobar) pada rangkaian Pesta Rakyat Alumni IPB Pulang Kampus (PRA IPK) 2025. Kegiatan ini tidak hanya menghadirkan tontonan, tapi juga dimanfaatkan sebagai media penggerak aksi sosial oleh Aksi Relawan Mandiri (ARM) Himpunan Alumni IPB (HA-IPB).

Sebagai wadah aksi kerelawanan di bawah Himpunan Alumni IPB, ARM HA-IPB secara aktif melakukan berbagai upaya untuk membantu korban terdampak bencana di Indonesia. Sejak resmi dibentuk pada tahun 2019, ARM HA-IPB telah melakukan sejumlah operasi kemanusiaan, seperti Tanggap Darurat dan Pemulihan Bencana Erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur (2021-2022) dan Tanggap Darurat dan Pemulihan Gempa Cianjur (2022-2023). Aksi yang mereka lakukan meliputi penyaluran bantuan logistik dan kebutuhan dasar hingga layanan kesehatan.

Salah satu upaya terbaru yang mereka lakukan adalah acara Nobar Film Jomblo Fi Sabilillah dalam rangkaian PRA IPK 2025 yang digelar di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Jumat, 19 Desember 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung aksi sosial ARM HA-IPB melalui hasil penjualan tiket dan donasi penonton. Dana yang terkumpul akan disalurkan untuk aksi kemanusiaan di berbagai wilayah, khususnya korban bencana banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang saat ini masih menjadi prioritas.

Konsep nonton bersama ditetapkan panitia karena dianggap efektif dalam menggerakkan massa. Tidak hanya menghadirkan hiburan, kegiatan Nobar juga membantu menanamkan nilai-nilai sosial kepada para penonton. Film Jomblo Fi Sabilillah lantas dipilih untuk ditayangkan karena mengangkat isu yang dekat dengan kehidupan anak muda dan orang dewasa, yaitu terkait tekanan sosial status jomblo dan usia “mapan” untuk menikah. Melalui kisah yang hangat dan humoris ini, penonton diberi pesan bahwa menikah cepat atau lambat bukanlah persoalan utama, melainkan bagaimana seseorang menikah dengan cara yang benar dan orang yang tepat.

Sumber Gambar: Fotografer

Sutradara film Jomblo Fi Sabilillah, Jastis Arimba, menyambut positif penggunaan karyanya sebagai bagian dari aksi sosial. Ia mengaku senang bahwa film yang ia buat memiliki nilai yang lebih dari sekedar hiburan. “Itu menurut saya menjadi suatu nilai plus, kebanggaan tersendiri buat saya, bahwa kebermanfaaatan dari karya yang saya buat tuh panjang dan luas, bukan hanya sebatas sebagai tontonan atau hiburan tapi juga punya pengaruh dan memberi dampak pada aksi-aksi sosial,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia juga meyakini bahwa film memang memiliki kelebihan tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai positif pada khalayak luas. “Semua film yang ada di negeri ini, atau semua film yang dilahirkan setiap pembuat film itu tidak murni hiburan. Film itu pasti disusupi oleh tujuan-tujuan, visi-visi, ideologi-ideologi, dari setiap pembuatnya. Oleh karena itu, saya percaya betul bahwa jika film digunakan sebagai media campaign yang positif, maka akan berdampak positif juga,” jelasnya.

Bagi Jastis Arimba sendiri, ini bukan kali pertama filmnya digunakan sebagai media aksi sosial. Sejumlah film yang sebelumnya ia garap, seperti Hayya, Hayya 2, dan Hayya 3: Gaza, juga kerap dijadikan media aksi sosial, misalnya untuk kegiatan penggalangan dana, aksi-aksi kebencanaan, upgrading kepemudaan, atau upgrading guru. Ia merasa bersyukur bahwa film yang ia kerjakan memiliki dampak yang luas dalam masyarakat.

Sumber Gambar: Fotografer

Melalui kegiatan ini, Jastis Arimba berharap penonton menyukai filmnya dan secara sublim menjadikan film Jomblo Fi Sabilillah sebagai momen reflektif untuk diri sendiri. Hal ini selaras dengan harapan ARM HA-IPB yang menginginkan penonton tidak hanya pulang dengan rasa terhibur, tetapi juga membawa kesadaran untuk peduli dan terlibat dalam aksi sosial dan kemanusiaan untuk ke depannya.

Kegiatan Nobar Jomblo Fi Sabilillah di PRA IPK 2025 menjadi contoh nyata bagaimana media kreatif seperti film dapat digunakan menjadi wadah aksi sosial untuk menghadirkan dampak yang lebih luas. Film tidak sebatas berhenti di layar lebar, tapi juga bergerak menjadi medium untuk memperkenalkan tindakan nyata kepedulian. Dengan demikian, Nobar Jomblo Fi Sabilillah tidak hanya menyatukan penonton dalam satu ruang tontonan, namun juga dalam satu tujuan kepedulian sosial yang sama.

***

Reporter: Athena Lovelyta, Rahma Annisa

Editor: Asni Kayla, Dyaz Miftah

Fotografer: Elvin Ramadhani

Layouter: Aufa Rafli

Marcomm: Rifda S., Dini A Syakira

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.