Sesuai dengan komitmen awal sejak organisasi ini pertama kali dibentuk, UKF mengemban misi memasyarakatkan pentingnya konservasi fauna sehingga bentuk kegiatan yang dilakukan relevan dengan pengabdian dan pendampingan masyarakat.
“Tujuan dari kegiatan kita adalah menyadartahukan masyarakat akan pentingnya konservasi. Indikator keberhasilannya ketika mereka benar-benar sadar. Contohnya kegiatan pendidikan lingkungan hidup bagi siswa SD yang diberi nama UKF Join With Children atau Olimpiade Lingkungan untuk adik-adik SMA. Kalau siswa-siswanya benar-benar sadar akan lingkungan, berarti kita berhasil. Ya, mungkin inilah yang disebut prestasi,” ujar Wahyu (MNH/45). Tak sebatas memberi penyuluhan, UKF juga memonitor daya serap sebagai tindak lanjut dari kegiatannya.
Ditanya perihal kendala, Wahyu menyinggung masalah dana. Absennya UKF dalam kegiatan kompetisi membuat pemasukan dana hanya berasal dari RKAT. Sementara itu, jumlah dana RKAT tidak pernah benar-benar mencukupi. Dana RKAT yang diberikan pihak Ditmawa hanya berkisar enam juta rupiah per tahun.
“Ya mau bagaimana lagi, tidak ada program kerja kita yang bersifat kompetitif. Pernah kita ikut perlombaan bird watching tapi itu juga tidak rutin. Karena tidak ada dana yang turun, akhirnya kita sering nombok dan ikhtiar cari sponsor”, tutur Wahyu.
UKF juga pernah mengirimkan delegasinya dalam konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Cambridge. Delegasi yang semula berjumlah dua orang mesti direduksi menjadi satu karena dana yang tidak mencukupi. Keberangkatan delegasi lain ke Bangalore juga harus dibatalkan karena kendala serupa.
Hayah Afifah / Magang Koran Kampus
Tambahkan Komentar