Action Plan Dirasa Sepihak, SU I KM Ricuh

Unit Keamanan Kampus yang sedang berusaha menegahi kericuhan di Sidang Umum I KM

Foto: Erma Fatimah

Dirasa tak sesuai dengan isi perundingan tim perumus dengan pihak
rektorat, action plan yang disusun oleh MPM KM menyulut ketegangan
yang terjadi antara mahasiswa yang mengajukan protes terhadap
pelantikan dalam sidang dengan mahasiswa yang tetap menginginkan
pelantikan disegerakan. “Sidang umum tetap harus dilakukan karena ini
adalah forum mahasiswa,” ujar salah seorang mahasiswa pendukung.

Sementara itu di lain pihak, kelompok mahasiswa yang merasa action
plan MPM sepihak karena tidak ada draft action plan yang seharusnya
lebih dahulu di buat tetap bersikeras pelantikan belum boleh
dilakukan. Pun mereka action plan yang digunakan dalam sidang umum I
belum menampung seluruh aspirasi LK yang ada di IPB.

Tidak adanya titik temu yang bijak dalam sidang membuat ketegangan
yang semakin memanas tak dapat dihindari. PJS yang menjadi pimpinan
sidang tetap menginginkan pelantikan. Aksi PJS yang beberapa kali
berkeinginan mengetuk palu sebagai tanda pelantikan pejabat KM dalam
sidang sah dilakukan membuat ketegangan itu pecah. Beberapa mahasiswa
yang merasa PJS bertindak otoriter merangsek maju menahan adanya
ketukan palu. Aksi ini dibalas mahasiswa pendukung dengan ikut maju ke
depan ruang sidang. Alhasil, kontak fisik terjadi. Antara kedua belah
pihak saling tarik dan dorong. Belasan orang UKK dibantu anggota
Resimen Mahasiswa (Menwa) yang hadir di ruang sidang berupaya menjadi
penengah. Kontak fisik dapat diakhiri setelah sidang diambil alih oleh
salah seorang anggota Menwa.

Bobi, anggota Menwa yang mengambil alih sidang menyayangkan ketegangan
yang tak berujung tersebut. Menurutnya sidang tidak akan selesai
selagi tidak ada titik temu yang bijak. Bobi yang berusaha menjadi
penengah dalam sidang ini sempat mempertanyakan keabsahan action plan
yang digunakan sebagai penuntun sidang. Baginya pula, action plan yang
belum disetujui oleh kedua belah pihak termasuk pihak rektorat bisa
dikatakan tidak valid.

Usaha Bobi untuk mengkondisikan jalannya sidang dipertanyakan oleh
salah seorang pihak pendukung yang merasa Bobi tidak pantas mengambil
alih sidang. Kecewa dengan statement yang dikeluarkan tersebut,
akhirnya Bobi dan beberapa rekan Menwa lain diikuti oleh pihak UKK
walk out dari ruang sidang. Tidak adanya pihak penengah membuat
jalannya sidang semakin tidak terkendali. Ketegangan kembali terjadi
sampai akhirnya peserta sidang memutuskan membubarkan diri dari ruang
sidang.

David Pratama

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

1 Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.