Sabtu (3/9), IPB kembali menggelar wawancara Bidikmisi gelombang III. Pendaftaran dibuka berdasarkan keputusam kouta bidikmisi yang naik dinaikan dari 340 mahasiswa menjadi 740 mahasiswa. Kouta tambahan tersebut direalisasikan dalam gelombang II dan III. Pada gelombang III, pendaftar berasal dari seluruh kalangan mahasiswa angkatan 53 kurang mampu dan belum terdaftar sebagai penerima bidikmisi. Sedangkan, gelombang II merupakan sisa calon penerima yang tidak terjaring pada gelombang I karena pemotongan jumlah kouta oleh pemerintah pusat.
Namun, penambahan kouta tersebut nyatanya belum mampu memenuhi jumlah mahasiswa yang perlu dibantu. Salah satunya adalah mahasiswa fakultas peternakan, ia ditolak Beasiswa Bidikmisi dengan alasan saudara kandungnya telah mendapatkan bidikmisi.
“Saya pusing dan tadi langsung pulang setelah wawancara, saya sudah ditolak ke-2 kalinya dengan alasan kakak saya sudah mendapatkan Bidikmisi di IPB”, ujarnya
Berkaca dari pengalaman M Nasrul Qorib (GM 51) dan M Nasrul Fatah (AGH 51), kedua mahasiswa ini merupakan saudara kembar yang berhasil mendapatkan beasiswa bidikmisi secara bersamaan. “Alhamdulillah ketika itu wawancara bersamaan. Walau beda pewawancara, saat pengumuman kami berdua diterima Bidikmisi dan juga tidak ada syarat khusus mengenai hal ini”, ujar Qorib
Menanggapi kasus ini, Munawaroh, Pengadministrasi Kemahasiswaan Direktorat Kemahasiswaan, mengungkapkan hal tersebut terjadi karena disesuaikan situasi dan kondisi pada tahun penerimaan Bidikmisi. “Seperti semangat dan semboyan Bidikmisi, yakni Memutus Mata Rantai Kemiskinan, maka penerapan satu sarjana satu keluarga dilakukan. Hal tersebut juga memperhatikan prioritas dari calon penerima. “Jelas diutamakan bagi yang di keluarganya belum ada sarjana dan yatim piatu”, tutur Munawaroh. Walaupun dalam Pedoman Penerimaan Bidikmisi tahun 2016 tidak tertulis aturan tersebut.
Saat ditemui, dia mengungkapkan kesulitan akibat gagal mendapatkan bidikmisi. Anak ke-3 dari 4 bersaudara ini mendapat nafkah dari ayahnya yang seorang buruh lepas dan ibunya seorang penjahit rumahan.
Meskipun termasuk salah satu mahasiswa yang sudah terbantu oleh Himpunan Alumni pada pembayaran UKT dan biaya masuk sebesar Rp2.706.000,00 pada saat awal masuk daftar ulang. Namun, kondisi ekonomi keluarga dan kebutuhan hidup selama kuliah masih belum mampu terpenuhi.
Dia mendapatkan beban UKT untuk tahun pertama sebesar Rp1.000.000,00 per semester. Hal tersebut belum termasuk kewajiban membayar iuran BPJS sebesar Rp306.000,00 setiap semester.
“Nanti kedepannya, untuk kasus seperti ini, berkasnya juga tidak akan langsung kami hapus. Sekitar 1-3 minggu kedepan akan kami segera ajukan kepada Alumni untuk ditindaklanjuti masalah beasiswa”, jawab Munawaroh.
Pengurangan jatah Bidikmisi bagi kampus IPB terjadi dari tahun ke tahun. Tahun 2012-2013 penerima sekitar 1100 mahasiswa. Pada 2014 hanya 875 mahasiswa. Tahun 2015 sebanyak 868. Kini di tahun 2016 kembali terjadi pengurangan, hanya 740 penerima.
A. Fanani
Ed: Ichwanul AM
Adik omda kami juga mengalami hal serupa, kakaknya angkatan 50 telah mendapat bm sehingga adiknya angkatan 53 tidak lolos wawancara. Tetapi kami mencari solusi selain mengundurkan diri, yaitu mendaftar beasiswa alumni yg saat itu masih buka pendaftaran. Insya Allah ada banyak jalan beasiswa penuh di IPB, bisa mengunjungi blog kemaasiswaan atau beasiswa atau langsung menuju loket kemahasiswaan. Sangat disayangkan apabila mengundurkan diri. Semoga tim redaksi dapat menyampaikan apabila ada kontak yg bersangkutan. Semangaat 🙂
Silahkan mengirimkan email ke korpusipbonline@gmail.com atau kontak hotline 085728899234. Terima Kasih.
Halo, boleh minta kontak Bagoes? Barangkali bisa bantu sedikit. Terimakasih sebelumnya!
Silahkan mengirimkan email ke korpusipbonline@gmail.com atau kontak hotline 085728899234. Terima Kasih.
Aku aja yang anak pertama, ditolak 2x , T_T