Perasaan campur aduk menghinggapi Fahmi PJS, setelah pimpinan sidang menskors sementara Sidang Umum I (6/1) untuk istirahat. Mimik tegang yang biasanya terlihat dalam sidang-sidang sebelumnya kini tak nampak bersarang lagi di wajahnya. Ia terlihat tenang saat keluar dari ruang sidang. Bekas keringat yang dilap karena ruangan sidang yang juga pengap pun masih nampak di sekitar wajahnya. Jaket Almamater yang ia kenakan sedari pagi sudah diganti batik hijau berlapis jaket hitam tebal.
“Lega rasanya,” tukasnya begitu diberondong pertanyaan oleh kru Koran Kampus.” Jika dibilang tadi tegang apa nggak, ya tegang. Itu pasti.” Meski ketegangan masih terasa, pria bernama lengkap Fahmi Shidiq ini terlihat santai ketika melahap habis kue yang disediakan panitia. Kawan-kawannya seketika memberikan ucapan selamat sambil melepas canda ditanggapi gelak tawa darinya.
Menjabat sebagai Penanggung Jawab Sementara disaat ketiga lembaga kemahasiswaan (BEM, DPM, MPM) KM demisioner, mahasiswa FPIK 47 ini mendapat bobot tugas yang ‘berbeda’ dari biasanya. Dia mendapat kecaman keras ketika keberadaan PJS dianggap inkonstitusional, sampai berimbas pada penyelenggaraan Sidang Umum I yang sempat tertunda untuk beberapa kali. Tak hanya itu, dia juga harus bekerja ekstra dan memimpin sejumlah forum hingga akhirnya memimpin Sidang Umum I sebelum Sekretaris Jenderal MPM KM yang baru dilantik.
Ketika ditanya tentang kondisi kisruh dan segala tuntutan yang membebani dirinya, hal tersebut diakui cukup mengganggu perjalanan akademiknya akhir-akhir ini. “Jujur, usaha saya belajar untuk UAS ini saja baru mencapai 10%”. Sambil tertawa, ia juga menambahkan, ” Saya menanggapi ini semua sebagai pelajaran bagi diri saya pribadi dan ibadah kepada Tuhan. Itu yang membuat saya tetap tenang sampai sekarang. Saya kelihatan tenang kan, ya?”
“Semoga setelah ini kita jadi lebih menjunjung toleransi, dan jangan anarkis lagi kayak kemarin.” tutupnya.
Muhammad Fahmi Alby
Tambahkan Komentar