Bukan rahasia lagi ketika mahasiswa IPB senang berwirausaha, terutama mahasiswa TPB. Ada yang jualan nasi uduk, risol hingga donat. Keuntungannya pun boleh dikatakan lumayan, sekali berjualan keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp15.000-Rp30.000. Tidak hanya di asrama, jiwa entrepreneur juga mengekor hingga ke tempat perkuliahan(CCR). Di dalam satu kelas bisa 3-5 orang yang berjualan, sebagian ada yang berjualan untuk dana usaha (Danus). Barang yang dijual pun tak jauh beda dengan barang yang dijual di asrama, karena kebanyakan makanan yang tidak habis terjual di asrama akan dijual kembali di kelas masing-masing.
Mahasiswa asing juga bisa ngedanus. Foto: Ilustrasi. |
IPB terkenal dengan institusi multibudaya yang tak hanya mahasiswa lokal yang diterima disana namun mahasiswa asing pun menjadi bagian darinya. Melihat jiwa entrepreneur mahasiswa pribumi yang kadangkala menjajakan makanan di kelas membuat mahasiswa asing tergugah untuk ikut berjualan juga. Meski awalnya dilatarbelakangi oleh adanya danus di komunitasnya setidaknya hal tersebut dapat menumbuhkan jiwa entrepreneur para mahasiswa asing.
Seperti penuturan Lee Swang, mahasiswa TPB asal Malaysia,”Saya senang bisa melatih jiwa kewirausahaan saya dengan berjualan yupi dan donat di kelas. Meski hal ini saya lakukan bukan karena inisiatif dari diri saya sendiri, yakni karena mendapat tugas danus dari ketua KMB dalam rangka Dies Natalies Komunitas Mahasiswa Budhis (KMB). Namun, sejauh ini saya menikmatinya apalagi pengalaman mengantri donat jam setengah 4 pagi, baru kali ini saya melakukanya bersama teman-teman. Hal itu menjadi pengalaman yang cukup menyenangkan bagi saya. Apalagi jualan di kelas lumayan laku.”. Dari penuturan tersebut sudah jelas bahwa IPB tidak hanya mendidik mahasiswa pribumi menjadi seorang entrepreneur namun juga mahasiswa asing.
Karena alasan kebersihan dan menjaga keefektifan perkuliahan, pihak BPA dan CCR mengeluarkan kebijakan mengenai larangan berjualan di asrama dan CCR.Sebenarnya hal ini sangat disayangkan, karena dari kegiatan tersebut mahasiswa mendapat banyak pengalaman, melatih jiwa entrepreneur lebih dalam, dan juga mengakrabkan antar teman satu OMDA/komunitas. Alangkah baiknya jika kebijakan tersebut dipertimbangkan kembali melihat adanya banyak manfaat dibalik kegiatan ini.
Kurnia Wahidah – Magang #9
Tambahkan Komentar