Setahun Bersama KIDO

Menyesuaikan dengan karakteristik Diki Saefurohman dan Edo Rahardi Permana, mempertimbangkan juga tentang respon publik mudah menerima atau tidak, dan memiliki moral value yang tinggi, terciptalah nama kabinet Berani Beda yang telah melakukan kepengurusan BEM KM IPB selama hampir setahun. Dan sekarang kabinet ini tengah mendekati masa-masa harus turun dari kabinet BEM KM IPB.
Setelah hampir setahun mencicipi jabatan Presma-Wapresma, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang didapatkan oleh Diki dan Edo. Menurut Diki, BEM KM berjalan lebih dinamis dibandingkan BEM Fakultas, mengakomodir hampir seluruh elemen mahasiswa yang ada di IPB. Sebagai Presma juga turun langsung pada permasalahan kampus, seperti konflik antar lembaga, antar mahasiswa, maupun masalah personal tiap mahasiswa. Sebagai Presma juga memiliki kesempatan untuk memahami birokrasi yang lebih tinggi di rektorat. Sehingga dapat memahami mahasiswa dari kacamata rektorat.
“Mungkin yang tidak akan terlupakan adalah ketika mengenai mahasiswa secara langsung, benar-benar personal tanpa diketahui publik. Sedangkan dinamika kepanitiaan dan acara sudah biasa sejak di fakultas.” cerita Diki.
Sedangkan bagi Edo hampir satu tahun kepengurusan mungkin yang diperoleh adalah lebih mudahnya mengenal karakter orang lain, karena sering berhubungan dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda.  Mengetahui apa saja permasalahan kampus tercinta ini. Entah dari objek paling kecil yaitu mahasiswa, lalu lebih besar seperti lembaga atau institusi.
“Kita tidak dilahirkan untuk selalu mengeluh, karena  jika semua orang mengeluh lalu siapa orang yang akan menyelesaikan permasalahan tersebut.  Kita dituntut untuk bisa menyelesaikan permasalahan itu merupakan pengalaman yang sangat luar biasa.” jelasnya.
Hubungan antar anggota BEM KM cukup erat menurut Diki. Ada agenda bersama yang sudah berlangsung empat kali selama hampir setahun kepengurusan. Tetapi Diki belum menjamin bagaimana hubungan antar kementrian karena tidak adanya kolaborasi kegiatan. Kabinet Berani Beda juga terkadang diserang oleh masalah internal, tetapi selalu dapat diselesaikan dengan baik. Namun sekitar bulan Maret ada satu anggota BEM KM yang harus keluar dikarenakan masalah akademik dan masalah personal dengan anggota yang lain.
Masing-masing dari Diki-Edo memiliki sesuatu yang ingin dicapai dari awal kepengurusan.  Diki ingin memberikan bagaimana confident berperan dalam tataran nasional. Hal ini tercapai dengan terpilihnya IPB sebagai koordinator pusat BEM SI. Kedua budaya apresisasi, hal ini yang masih perlu diperbaiki karena pada kabinet Berani Beda hanya berlangsung pada acara IPB Festival. Belum menyeluruh ke semua lembaga yang ada di IPB. Sedangkan Edo menambahkan mengenai pembentukan sistem, yaitu sistem birokrasi dan sistem informasi. Sistem ini telah mulai berjalan dengan adanya pertemuan dengan BEM Fakultas yang diharapkan mendaftarkan setiap program kerjanya agar dapat masuk dalam web BEM KM sehingga mahasiswa mudah untuk mengakses informasi terkait BEM. Pada sistem informasi juga telah dibuat apps oleh BEM KM yang sudah dapat didownload di play store hal ini juga lebih memudahkan mahasiswa untuk menerima informasi dengan sekali sentuh.
“Dari awal saya ingin berkontribusi penuh, saya ingin memberikan segenap apa yang bisa saya berikan. Secara personal dapat membantu mahasiswa yang mengalami permasalahan.  Menurut saya ini sudah mencapai lebih apa yang ingin saya capai dulu, karena begitu masuk ke BEM KM itu tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya.” Tambah Edo.

Ines Ferdiana

baca juga : Sebuah Cerita Seribu Pesan BEM KM IPB Berani Beda

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.