(foto: Ira Widya Zahara / Koran Kampus) |
Menggunakan kursi roda tak membuat semangat M Arik Dimas Santoso (18) luntur. Distropi Muscular Progressive (DMP), penyakit genetik yang menyerang otot tubuhnya, memaksa Arik menggunakan alat bantu jalan itu dalam kesehariannya. Mahasiswa jurusan biologi angkatan 50 ini telah akrab dengan kursi roda sejak kelas 6 SD. Saat itu kemampuan berjalannya semakin lama semakin menurun. “Waktu pertama kali menggunakan kursi roda ngerasa gak pede. Kesininya sudah biasa aja karena ada semangat dari orang tua dan teman,” cerita Arik.
Kursi roda memang bukan penghalang keinginannya untuk belajar. Setiap hari, Arik bolak-balik Jakarta Timur, rumahnya, ke Darmaga dengan diantar jemput oleh sang ayah. Ia biasanya berangkat jam setengah enam pagi dari rumah. Meski macet Jakarta-Bogor, peserta terinspiratif MPKMB 50 ini tetap masuk dan duduk di deretan kursi terdepan kelas.
Ketika masih duduk dibangku SMA, Arik juga terhitung aktif. Ia pernah menjadi peserta OSN Biologi di sekolah. Selain itu, ia juga gemar menggambar, dan pernah mengikuti lomba menggambar komik. Di IPB ini, Arik mengatakan bahwa ia bergabung dengan Indonesia Disable Care Community (IDCC) yaitu komunitas untuk mendukung orang-orang disabilitas.
Arik bercita-cita kelak dapat mendirikan perusahaan dan juga menjadi seorang ahli biologi.
“Saya masuk biologi karena menurut saya biologi itu menarik dan saya tertarik dengan virus. Saya mau mengembangkan vaksin yang bisa meredakan penyakit DMP ini. Karena penyakit genetik susah ditemukan obatnya,” tutur Arik. Saat ditanya apalagi impiannya, Arik menjawab “Saya mau keliling dunia. Saya ingin lihat dunia kayak gimana.”
Firra Tania Indrianty
Tambahkan Komentar