Tidak kusangka bahwa semester 4 telah menyapa, hari-hari libur ternyata berjalan dengan cepat tanpa aku sadari. Jika melihat kilas balik apa saja yang kulakukan selama liburan, menimbulkan rasa hangat dalam hati. Liburan akhir tahunku ditutup dengan hal yang baru dalam hari-harinya. Mungkin kalau dibandingkan dengan teman-temanku, liburanku terasa tidak bermanfaat karena diisi dengan melepaskan diri dari belajar maupun organisasi. Teman-temanku bercerita bahwa mereka melaksanakan kegiatan liburan dengan ikut organisasi, magang, lomba, dan banyak hal yang berhubungan dengan prestasi. Tetapi, aku yakin bahwa setiap orang punya cerita sendiri di liburannya, karena itu aku disini untuk berbagi cerita liburanku.
Bisa dibilang kalau perencanaan liburanku sudah ada seminggu sebelum UAS semester akan dilaksanakan, terkesan buru-buru tapi itulah yang terjadi. Dalam waktu beberapa menit setelah hari ujian terakhirku, aku langsung pergi ke Sukabumi. Sukabumi? si kota yang dijuluki Kota Santri, tetapi tujuan kesana bukan berarti ingin mencari pesantren, ada acara yang keluarga besarku ingin datangi. Acara itu merupakan acara pelantikan kakak ibuku menjadi seorang perwira, tepatnya di Sekolah Pembentukan Perwira di Jalan Bhayangkara, Gunung Puyuh. Bisa dibilang terasa excited karena dalam sekian lama aku tidak mendatangi Sukabumi, juga berkesempatan melihat acara yang mengharukan itu.
Tidak diragukan lagi kalau Sukabumi memiliki udara yang dingin dan terasa sejuk, begitu jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan seperti Jakarta. Pengalaman yang berkesan adalah ketika detik-detik pelantikan perwira, para calon perwira berbaris dan berjalan bersama-sama sambil bernyanyi dari asrama. Nyanyian itu terdengar kompak dan begitu lantang, suasana disana terasa haru, haru karena merasa bangga telah melalui begitu banyak rintangan dan berhasil mendapatkan pencapaian tersebut. Hal yang tidak terlupakan juga ada di sarapan yang aku coba disana, tidak kusangka Sukabumi punya bubur ayam yang enak serasa terbang tinggi ke awan. Sore hari selesai mengarungi Kota Sukabumi, rupanya ibu menjadi pencetus untuk melanjutkan liburan ke kota lainnya.
Kota lain itu merupakan Kota Bandung, kota yang menjadi tempat orang tampan dan cantik berada, kata temanku seperti itu. Kota yang ramai tetapi menimbulkan kenyamanan tersendiri menurutku. Kami mengunjungi masjid yang tidak pernah sepi kunjungannya kapan pun itu, tak lain tak bukan yaitu Masjid Al-Jabbar. Aku tidak menyangka bahwa Masjid Al-Jabbar memiliki pemandangan melebihi indahnya hanya sekedar melihat dari handphone saja. Saat malam aku sampai di sana, lampunya menyala dengan sangat indah, gemerlap malam diterangi oleh lampu dan bulan disana. Tidak hanya pemandangan luar yang memanjakan mata, di dalamnya pun terasa nyaman dan mewah bagaikan istana, dalam hatiku aku berdoa agar nantinya bisa merasakan i’tikaf disana.
Setelah melaksanakan sholat maghrib dan isya di sana, kami melanjutkan pergi ke pusat Kota Bandung yaitu Braga sekaligus mencari penginapan di sekitar sana. Lucunya adalah saat perjalanan ke Braga, teman kelasku mengabari kalau dia bersama yang lain juga di Bandung untuk berlibur setelah ujian yang membuat otak terasa kencang. Braga menjadi tempat yang ramai dikunjungi di Kota Bandung, dengan gaya arsitektur gedung dan tatanan yang unik begitu memanjakan mata terutama suasana malamnya. Hal yang membuatku paling berkesan adalah ketika melalui Jalan Asia Afrika dan bertemu dengan orang yang berdandan seperti hantu, memang awalnya begitu menakutkan untuk dipandang tetapi lama kelamaan menjadi suatu hal yang berkesan dan membuat tertawa. Bisa dibilang bahwa Kota Bandung terasa damai dengan udara yang sejuk, banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.
Setelah menghabiskan waktu di Kota Bandung, keluargaku berpindah tempat kembali ke Lembang untuk pergi ke salah satu tempat wisata The Great Asia-Afrika. Aku tidak banyak menaruh harapan di tempat itu, mungkin akan membosankan awalnya aku berpikir begitu. Saat sampai di sana, pemandangan tampak dari atas begitu membuatku tergugah melihatnya. Kawasan itu begitu luas, saat aku berdiri di gedung atas sebagai pintu masuk mataku memandang ke arah bawah melihat jalan yang berliuk-liuk dengan berbagai macam istana sesuai negara yang tersebar di negara Asia Afrika. Dimulai dari kunjungan pertama ke negara Korea, dengan tempat berlatar istana dahulu di Korea, kincir air, dan tempat duduk yang punya ciri khas negara ginseng tersebut. Replika negara Jepang yang ada juga tidak main-main, dengan berlatar pasar malam dan aneka makanan asal negara itu, bahkan sangking buat kalap mata nya berbagai jenis makanan kami pesan untuk dinikmati bersama.
Hari-hariku setelah liburan ke Bandung itu, kuhabiskan untuk menikmati kegiatan yang hanya dilakukan di rumah, seperti menonton film dengan berbagai genre yang tersedia di suatu platform berbayar. Mungkin kata orang akan terasa membosankan jika dilakukan terus menerus, tetapi bagiku itu merupakan hal terindah yang akan selalu aku syukuri, menghabiskan waktu dengan hanya rebahan dan membantu pekerjaan rumah tidak bisa tertandingi oleh apapun itu. Walaupun begitu, keluargaku lagi-lagi merencanakan liburan kembali ke Sukabumi dan Kuningan, itu adalah kenangan tak terlupakan. Aku rasa tidak akan habisnya jika aku melanjutkan cerita ini, setiap orang punya kisah liburannya sendiri, jadi apa kisahmu?
***
Reporter: Mutiara Rachmina Indriani
Editor: Nurmala Pratiwi
Tambahkan Komentar