Judul Film : Jomblo Fi Sabilillah
Genre : Drama, religi, komedi, romantis
Sutradara Film : Jastis Arimba
Produser Film : Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia
Pemeran Utama : Adhin Abdul Hakim, Ricky Harun, Mario Irwinsyah, Masaji Wijayanto, Nabilah Ayu
Rumah Produksi : Warna Pictures
Tahun Rilis : 2023
Durasi : 122 menit
Jika melihat poster film Jomblo Fi Sabilillah, sebagia orang mungkin mengira film ini adalah remake dari Jomblo (2006). Namun, anggapan itu keliru karena Jomblo Fi Sabilillah hadir dengan konsep dan pendekatan cerita yang berbeda. Film ini tidak hanya berfokus pada pencarian cinta, tetapi juga mengangkat makna “jomblo” sebagai pilihan hidup yang dilandasi nilai religi. Dengan menggabungkan komedi ringan, Jomblo Fi Sabilillah menyampaikan pesan bahwa menjadi jomblo atau menikah di usia yang “telat” bukanlah hal yang perlu ditakuti.
Film dibuka dengan kedekatan empat orang sahabat sejak, yakni Ali (Adhin Abdul Hakim), Anton (Mario Irwinsyah), Yusuf (Ricky Harun), dan Imron (Masaji Wijayanto). Keempatnya masih berstatus jomblo yang membuat mereka dijuluki “Bupati” atau “Bujangan Kepala Tiga”. Meski berada dalam kondisi serupa, masing-masing memiliki alasan yang berbeda. Imron masih berkutat dengan studinya yang tak kunjung selesai.. Anton, yang telah beberapa kali gagal dalam rencana pernikahan, memilih tidak terburu-buru dalam mencari pasangan. Yusuf yang populer di kalangan wanita, ternyata memendam perasaan pada Ratih (Indah Nada Puspita) selama hampir sepuluh tahun. Adapun Ali yang selalu pingsan setiap bertemu wanita cantik, contohnya saat ia menghadiri sebuah acara pernikahan dan tiba-tiba tak sadarkan diri setelah melihat kecantikan salah satu tamu bernama Anisa (Nabilah Ayu).
Konflik cerita dimulai ketika Babeh Hasan (Humaidi Abbas) mengancam Ali untuk menikah dalam waktu satu bulan. Jika gagal, Ali akan dijodohkan dengan perempuan pilihan Babeh, dan bila menolak, ia akan diusir dari rumah. Ali merasa mustahil bisa menemukan jodoh dalam waktu singkat, mengingat kondisi yang ia derita. Namun, berkat dukungan dari sahabatnya, Ali memberanikan diri untuk mencoba mencari pasangan, dimulai dengan mencari tahu apa yang sebenarnya salah dalam dirinya. Setelah melakukan pemeriksaan, Ali didiagnosis mengidap venustraphobia, yaitu rasa takut berlebihan terhadap perempuan cantik, diduga berakar dari trauma masa kecil akibat pertengkaran orang tuanya.
Pada saat yang sama, Imron menemukan situs taaruf ayomenikah.com, sebuah platform bagi mereka yang ingin menikah tanpa berpacaran. Ia pun mendaftarkan Ali, meski harus memaksa pemuda itu untuk memotong rambut dan jenggot yang sengaja dibiarkan tumbuh panjang. Dari situs tersebut, ada tiga kandidat yang cocok dengan Ali. Kandidat pertama langsung menghancurkan ekspetasinya karena perbedaan mencolok antara foto dan realita, sementara kandidat kedua memiliki penampilan nyentrik, dan menuduh Ali “buang-buang waktu” karena tidak langsung merencanakan pernikahan. Dua pertemuan tersebut berakhir tanpa kecocokan, membuat Ali putus asa dan ingin pulang. Namun, Anton meyakinkannya untuk tetap bertemu kandidat terakhir, yang tak lain adalah Anisa, perempuan yang membuatnya pingsan pada acara pernikahan. Pertemuan itu berkembang positif karena keduanya memiliki tujuan serupa.
Hubungan Ali dan Anisa semakin serius dengan restu orang tua, hingga Ali berniat melamarnya. Namun, rencana tersebut terganggu ketika Babeh bertemu Halimah (Dewi Yull), ibu Anisa yang ternyata mantan istrinya. Babeh pun langsung membawa Ali pulang dan melarang hubungan tersebut dengan persepsi Ali dan Anisa adalah saudara. Dalam keadaan emosi, Ali berlari keluar rumah dan terlibat perkelahian hingga dirawat di rumah sakit. Insiden ini menjadi titik balik yang menyatukan keluarga Ali, karena Halimah dan Babeh Hasan akhirnya meluruskan permasalahan di antara mereka, diikuti Ali yang juga memaafkan kedua orang tuanya. Meski sempat sedih karena mengira tidak bisa menikahi perempuan yang ia cintai, Ali mendapat kabar mengejutkan bahwa pernikahan masih dapat dilangsungkan karena Anisa adalah anak adopsi, sehingga mereka tidak memiliki hubungan darah. Film pun ditutup dengan pernikahan keduanya, menunjukkan bahwa akhir yang bahagia dapat diraih meski harus melawati berbagai tantangan.
Salah satu keunggulan utama film Jomblo Fi Sabilillah terletak pada penyajiannya yang ringan dan terang. Alur cerita dikemas sederhana, tidak berbelit-belit, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima penonton dengan jelas tanpa analisis yang mendalam. Kelebihan lain terdapat pada cerita-cerita dari tokoh lain yang menambah aspek hiburan dan romansa. Kisah Imron dengan Emaknya misalnya, logat Betawi yang kental disertai kontras antara karakter Imron yang seenaknya dan Emak Rohaya (Dayu Wijanto) yang galak menjadi angin penyegar di antara alur utama. Ada juga kisah Yusuf dan Ratih yang mampu membuat penonton gemas lewat gestur-gestur kecil tapi bermakna Cerita-cerita ini dihadirkan dalam porsi yang pas sehingga tidak menutupi fokus dari konflik utama.
Meski begitu, Jomblo Fi Sabilillah tidak lepas dari kekurangan. Salah satunya terletak pada penggambaran kemistri Ali dan Anisa sebagai pasangan utama yang terasa kurang kuat dan menyentuh jika dibandingkan dengan Yusuf dan Ratih. Hal ini mungkin terjadi karena Ali dan Anisa baru selesai dari permasalahan yang mereka hadapi sebelumnya dan baru berkembang sebagai pasangan di pertengahan film. Sementara itu, Yusuf sudah terlihat menyukai Ratih sejak awal dan terdapat perkembangan yang signifikan sepanjang film berlangsung. Progres kecil-kecilan inilah yang menjadikan hubungan keduanya terasa lebih natural dan menyentuh, dibanding Ali-Anisa yang terkesan cepat dan terburu-buru.
Secara keseluruhan, Jomblo Fi Sabilillah adalah film komedi romantis yang menyajikan kisah tentang perjalanan Ali menghadapi venustraphobia dan mencari pasangan hidup. Ceritanya tidak hanya menghibur, namun juga kaya akan nilai-nilai moral yang relevan bagi kalangan muda dan dewasa. Film ini dapat dijadikan pilihan jika ingin memahami konsep pernikahan syariah, namun dikemas dalam cerita yang ringan dan tidak menggurui. Jomblo Fi Sabilillah berhasil membuktikan bahwa pendekatan romansa yang berdasarkan nilai religi tidak selalu terkesan kaku dan membosankan.
***
Reporter: Athena Lovelyta
Editor: Rahma Annisa, Asni Kayla
Marcomm: Dini A. Syakira




Tambahkan Komentar