Foto Jurnalistik Bukan Sekedar Dokumentasi

Fotografi sudah menjadi hal lumrah saat ini. Hampir setiap orang telah melakukan kegiatan tersebut dengan berbagai macam jenis kamera. Karya fotografi berupa dokumentasi pun promosi dapat dengan mudah ditemukan di berbagai media cetak hingga media sosial. Salah satu cabang dalam fotografi adalah fotografi jurnalistik. Foto jurnalistik memang mencakup hal yang sangat luas, namun memiliki nilai lebih dari foto-foto biasa. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fotografi jurnalistik, Ruang Jurnalistik pada kelas fotografer kali ini menghadirkan seorang pewarta foto, Andi M Ridwan.

Kelas fotografer Ruang Jurnalistik, sabtu 15 november, dengan tema fotografi jurnalistik.

 Sabtu siang (15/11) kelas fotgrafer Ruang Jurnalistik kembali dipertemukan. Andi M Ridwan berkesempatan mengisi materi kali ini yang bertema fotografi jurnalistik. Andi merupakan seorang jurnalis media cetak yang sudah menjalani bidang profesionalnya hampir genap lima tahun. Kemampuan fotografinya juga dikembangkan bersama teman-temannya dalam production house yang diberi nama Imah Kreatif. Berawal dari ketertarikannya pada olah foto digital, Andi kemudian memberanikan diri untuk menjual motornya untuk sebuah gear (kamera).  Kemampuannya terus diasah secara otodidak hingga bisa menjadi pewarta foto seperti sekarang.

“Banyak anggapan awam bahwa foto jurnalistik itu hanya foto-foto yang dihasilkan oleh para pewarta foto. Foto jurnalistik sebenarnya mencakup hal yang sangat luas. Jika karya foto diciptakan sebagai bagian dari proses komunikasi, maka itulah yang disebut fotografi jurnalistik.”

Andi M Ridwan, pemateri kelas fotografer.

Kelas dibuka dengan penjelasan bahwa foto jurnalistik dapat dihasilkan oleh siapa saja, tidak hanya pewarta foto. Inti fotografi jurnalistik adalah menciptakan foto untuk menyampaikan pesan sehingga terjadi proses komunikasi. Ketika seseorang melihat sebuah foto maka akan menemukan cerita pada foto tersebut walau belum dilengkapi caption. Foto jurnalistik memiliki beberapa nilai lebih dari foto biasa yaitu: faktual, aktual, proximity, universal,  prominesia, human interest, penting, dan luar biasa. Menurut Andi, foto yang bagus itu relatif namun foto jurnalistik yang baik harus mengandung nilai-nilai tersebut. 

Kekuatan sebuah foto jurnalistik dapat dibagi menjadi dua elemen yaitu visual dan pesan. Untuk menghasilkan foto dengan visual yang bagus, teknik fotografi jurnalistik sama halnya dengan fotografi pada umumnya. Komposisi foto merupakan aspek yang paling berpengaruh dalam teknik fotografi. Komposisi fotografi dasar yaitu: angle, framing, rule of third, dan format foto juga menentukan apakah pesan dalam foto berhasil disampaikan atau tidak. Pesan yang disampaikan setidaknya mengandung 5W+1H dan momen yang tepat. Foto jurnalistik dengan elemen visual dan pesan yang kuat dapat menggugah emosi siapapun yang melihatnya.
Foto-foto karya fotografer jurnalistik yang dapat menggugah emosi yang melihatnya.

Menjadi jurnalis adalah profesi yang menyenangkan dan beresiko. Menurut Andi, seorang fotografer pasti akan mengalami ancaman keselamatan kameranya bahkan dirinya sendiri. Sehingga selain mengutamakan kualitas hasil foto yang didapat juga harus mempertimbangkan keselematan fotografer itu sendiri, tambahnya. Foto yang bagus itu relatif, namun untuk menghasilkan foto yang baik dapat dilatih dengan teknik-teknik dan nilai-nilai foto tersebut. Foto jurnalistik bukan sekedar dokumentasi, foto tersebut dapat bercerita dan menggugah emosi.

Jihad

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.