IPB Kirim Tim Pencarian SJ-182 ke Pulau Lancang

Lembaga Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB ikut berperan dalam misi kemanusiaan pencarian bangkai pesawat udara Sriwijaya Air (SJ-182) yang dikabarkan hilang kontak dan mengalami kecelakaan di Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1). Dr. Ir. Syamsul Bahri Agus, M.Si selaku Kepala Program Pusat Studi Bencana (PSB) IPB ikut serta membantu pencarian SJ-182 di Pulau Lancang pada Minggu (10/1) pukul 3 dini hari.

“Saya bawa asisten satu dan malam itu juga saya berkoordinasi dengan beberapa orang, tetapi karena kondisi COVID, beberapa orang yang saya ajak cukup khawatir untuk pergi ke sana. Kebetulan ada satu alumni kita dari FPIK, dia sebagai kontributor di National Geographic mau ikut. Jadi, saya bertiga ke sana,” ucap beliau saat dihubungi melalui video conference (15/1).

Setelah berkoordinasi dengan kepala dan sekretaris LPPM PSB, beliau mantap berangkat ke Pulau Lancang. Dengan membawa peralatan berupa Echosounder Garmin Aquamap 80xs dan memiliki latar belakang penelitian di Kepulauan Seribu, dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) ini ikut membantu mencari posisi jatuhnya pesawat SJ-182. “Sebenarnya dari PSB IPB hanya 1 orang, saya. Tapi ternyata saat di sana, banyak alumni IPB menjadi relawan yang saya lihat ikut mencari, menyelam. Termasuk wartawan-wartawan untuk meliput,” katanya.

Beliau menggunakan kapal nelayan untuk melacak serta mengumpulkan data dan informasi lokasi jatuhnya pesawat.
Basis beliau dalam penelitiannya memiliki informasi yang mumpuni pada lokasi kejadian, seperti kedalaman dan substrat dasar perairan. “Dengan begitu kita bisa memberikan sumbangan informasi kepada teman-teman marinir, Denjaka, BASARNAS, Polairud,” ucapnya.

Beliau menyampaikan kepada Marinir TNI AL berupa dua titik koordinat yang diyakini terdapat serpihan ataupun potongan bagian dari pesawat. Selang beberapa jam kemudian, dua koordinat tersebut menjadi ramai sebagai objek penelusuran tim pencari. Pria dengan sapaan Pak Syamsul ini kemudian memberikan informasi tambahan berupa pemodelan oseanografi pergerakan arus pasang surut dan gelombang angin untuk menentukan arah kemungkinan bagian pesawat atau korban bergerak.

“Saya sebagai dosen dan kita sebagai orang IPB punya tiga fungsi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat. Kalau pendidikan, saya sudah memberikan teori-teori, praktikum, dan kita punya riset di situ. Yang terakhir, kita lakukan pengabdian dan itu mahal sebenarnya,” kata beliau, yang akan merasa senang sekali jika dari pihak mahasiswa ada yang ingin bergabung di PSB sebagai relawan.

Reporter: M. Faig Hanif
Ilustrator: Ramadhanti Nisa P
Editor: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.