Fenomena bandwagon effect semakin ramai diperbincangkan karena memengaruhi perilaku konsumen di berbagai kalangan. Efek ini terlihat ketika seseorang mengikuti suatu tren hanya karena banyak orang melakukannya, tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau kecocokan bagi dirinya. Munculnya tren konsumsi makanan, gaya berpakaian, politik, hingga produk digital menjadi bukti bagaimana media sosial dan lingkungan sosial berperan besar terhadap keputusan individu.

Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si., Dosen Perilaku Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pemberdayaan Konsumen. Ia menegaskan, “Efek bandwagon membuat seseorang cenderung ikut-ikutan tanpa menggali informasi apakah sesuai dengan dirinya atau tidak.” Menurutnya, fenomena ini dapat terjadi pada siapa pun, baik dari kelas sosial atas, menengah, maupun bawah.
Tren Donat di Media Sosial
Contoh kasus nyata terlihat pada tren donat yang sempat viral di media sosial. Banyak orang membeli, bahkan sebagian ikut memproduksi, karena melihat tingginya antusiasme publik. Prof. Megawati menilai kondisi tersebut memperlihatkan bagaimana influencer mampu memengaruhi perilaku masyarakat, baik masyarakat yang berperan sebagai produsen maupun konsumen dalam hal jual beli. Namun, tren serupa juga bisa membawa dampak positif, misalnya ketika masyarakat ikut tertarik pada fenomena gaya hidup sehat seperti olahraga lari dan padel yang kini semakin populer.
Faktor yang Menimbulkan Efek Bandwagon
Efek bandwagon muncul karena berbagai faktor. Dari sisi psikologis, manusia cenderung memiliki konformitas, sehingga penyesuaian diri merupakan salah satu cara untuk merasa diterima di lingkungan. Secara sosial, tekanan dari teman sebaya atau kelompok membuat individu terdorong untuk mengikuti arus. Sementara secara biologis, otak menghasilkan efek dopamin yang memunculkan rasa nyaman ketika seseorang tidak berbeda dengan orang lain. Akhirnya timbul efek impulsif, mengikuti suatu tren tanpa memikirkan dampaknya.
Tren yang menyebar lewat media sosial juga tidak lagi terbatas di perkotaan. Masyarakat pedesaan pun kini mudah terpapar tren karena akses internet. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa bandwagon effect tidak mengenal batas usia, wilayah, maupun kelas sosial ekonomi.
Pencegahan Efek Bandwagon
Sebagai upaya pencegahan, Prof. Megawati menyarankan agar konsumen melatih rasa percaya diri, mencari informasi yang memadai, serta membiasakan delay thinking atau menunda keputusan sebelum membeli. Ia menegaskan, “Teliti sebelum membeli, jangan terlalu impulsif terhadap suatu tren. Be yourself, percaya diri, dan jangan mudah ikut-ikutan.”
***
Reporter: Rossita Nurmala Dewi, Masayu Nayla Shakufa
Editor: Nabila Farasayu Pamuji
Fotografer: Aprilia Intan Fanimala
Ilustrator: Shalima Azka Suryana
Tambahkan Komentar