Penurunan kasus infeksi virus Covid-19 mulai memberi titik terang pada keberlanjutan sistem pendidikan di Indonesia. Pemerintah melalui Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, mendorong perguruan tinggi untuk segera membuka perkuliahan tatap muka terbatas di wilayah yang masuk zona PPKM Level 3. IPB University selaku kampus yang bertempat di Bogor, langsung merespons dengan adanya perintah ini. Mengingat Kota dan Kabupaten Bogor sudah memasuki zona PPKM Level 3.
Perkuliahan tatap muka terbatas ini direncanakan akan dimulai pada bulan Oktober mendatang setelah pelaksanaan UTS. Namun akan dilakukan secara bertahap, dengan memprioritaskan mahasiswa yang sedang menempuh studi di semester 5 karena terdapat mata kuliah wajib yang berpraktikum.
Rencana perkuliahan tatap muka ini tentu melibatkan banyak pihak, maka perlu untuk mengetahui pandangan atau pendapat dari beberapa stakeholder yang akan turut ambil bagian dalam pelaksanaan perkuliahan tatap muka nantinya. Bukan saja Kemdikbudristek dan pihak rektorat, melainkan juga tenaga pendidik, mahasiswa, bahkan masyarakat sekitar kampus.
Prof. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. dalam wawancara Selasa (7/9), mengemukakan pendapatnya bahwa semua pihak terkait, pasti ingin segera untuk melakukan pembelajaran secara offline dengan melihat kondisi penyebaran Covid-19 di Bogor. Beliau selaku tenaga pendidik serta Kepala Departemen di Teknik Mesin dan Biosistem, berharap kuliah yang berpraktikum bisa dilakukan secara luring, supaya mahasiswa bisa memperoleh keterampilan hard skill yang jauh berbeda apabila hanya diperoleh melalui daring.
“Kita semua tentunya sudah sangat berharap proses belajar mengajar segera kembali normal. Apabila kondisi pandemi secara bertahap membaik, tentu secara bertahap juga bisa dimulai kelas luring. Tentunya dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Hal ini bisa dimulai dengan sistem hybrid sebelum full luring, atau justru tetap gabungan. Kita di TMB sangat berharap kuliah yang berpraktikum bisa segera dilakukan secara luring. Karena dalam praktikum, mahasiswa akan memperoleh keterampilan (hard skill), yang itu amat sulit dilakukan secara daring. Sekali lagi kita bisa lakukan kuliah luring secara bertahap, tetapi harus dengan persiapan yang sangat detail serta kesadaran secara penuh oleh semua stakeholder yang terlibat,” ujar beliau.
Harapan untuk segera melakukan perkuliahan secara langsung juga disampaikan oleh beberapa mahasiswa yang Koran Kampus IPB wawancarai. Banyak di antaranya yang menginginkan segera dilaksanakan perkuliahan tatap muka. Mengingat beberapa poin penting yang menjadi pertimbangan adalah kesulitan dalam belajar dengan metode daring, waktu yang makin fleksibel, materi yang disampaikan tidak mudah dipahami, hingga materi praktikum yang tidak dapat dipahami apabila tidak mempraktikkan secara langsung seperti perkuliahan tatap muka. Namun di samping itu, ada pula mahasiswa yang menginginkan untuk tetap kuliah secara online berjalan seperti biasa. Dengan alasan kondisi penularan Covid-19 yang belum sepenuhnya aman, tidak mendapatkan izin orang tua, hingga sudah telanjur nyaman dengan sistem perkuliahan secara daring.
Sedangkan pihak masyarakat sekitar sekaligus pedagang kaki lima yang berada di daerah Babakan Raya, turut menanggapi pembukaan kuliah tatap muka terbatas yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Pedagang baslok cinta bara ini mengaku dagangannya mengalami kerugian selama pandemi Covid-19. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kehilangan konsumen dari kalangan mahasiswa IPB, yang semasa menjalani perkuliahan secara tatap muka menjadi pelanggan setianya.
“Pastinya kalau sudah mau buka kuliah offline, semoga makin banyak yang beli. Musim Covid ini sudah banyak yang gulung tikar di daerah Bara. Dulu sebelum pandemi atau semasa kuliah tatap muka, saya mencapai keuntungan sehari sebesar 1 juta. Namun semenjak mahasiswa kuliah online dan ada Covid-19, pendapatan saya makin menurun drastis jadi 200 ribu.” tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa ia berdagang didasarkan dengan niat ibadah. “Kalau saya mah, berdagang untuk nyari nafkah keluarga, niat saya Lillahita’ala. Kalaupun dengan kedatangan mahasiswa menyebabkan klaster baru, mau bagaimana lagi, saya akan berhati-hati supaya tidak tertular, dan menjaga protokol kesehatan dengan baik,” tegas beliau.
Reporter: M. Hilmi Nur Ikhsan, Oktavia Anggelina Simalango
Ilustrator: Ramadhani Nisa P
Editor: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah
Tambahkan Komentar