Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) IPB University meluncurkan suatu inovasi berupa dompet yang terbuat dari limbah kulit jeruk. Produk yang bersifat ramah lingkungan ini memiliki nama Orange Peel Bio-Leather Wallet. Tim ini diketuai oleh Rina Tri Ageng Puspita (Sekolah Bisnis 59) dan beranggotakan Aldy Permana Putra (Fakultas Ekonomi dan Manajemen 59), Lintang Rusliningtyas (Fakultas Ekonomi dan Manajemen 59), Izza Dewi Aura Nabila (Sekolah Bisnis 59), dan Nabil Juliana Putri (Sekolah Bisnis 59). Mereka menggandeng Ir. Retnaningsih, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang membersamai perjalanan mereka.
Inovasi ini dilatarbelakangi oleh permasalahan banyaknya limbah di Indonesia. Lintang dan tim menyadari bahwa industri peternakan, seperti kotoran hewan akan menyumbang gas metana yang nantinya dapat berakibat terbentuknya gas rumah kaca. Saat ini, kebanyakan produk fashion terbuat dari kulit sapi dan kulit hewan lainnya. Hal-hal tersebut nantinya akan mengeksploitasi hewan dan akan berdampak buruk bagi lingkungan.
Di sisi lain, Lintang dan tim melihat bahwa dari sektor perkebunan, jeruk merupakan salah satu komoditas terbesar di Indonesia sehingga menghasilkan limbah yang besar pula. Dua hal tersebut memicu rasa keingintahuan dan terciptanya inovasi, yaitu membuat bio-leather. Tujuan utama inovasi tersebut adalah mengelola limbah untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, proses pengerjaannya juga tidak akan membahayakan hewan karena tidak menyakiti atau melakukan eksploitasi.
“Sebelum memutuskan untuk memilih produk dompet, tim kami membuat survei terlebih dahulu terhadap 73 responden. Hasilnya, ada 43 responden yang memilih dompet sebagai produk yang paling dibutuhkan, dan seluruh responden menyatakan tertarik untuk membeli produk ramah lingkungan,” ujar Lintang, salah satu anggota tim PKM-K.
Lintang dan tim akhirnya memulai proses pengerjaan membuat dompet. Mereka menggunakan kulit jeruk sebagai bahan baku utama karena komposisinya paling besar di antara bahan baku lainnya, yakni sebesar 40%. Kulit jeruk tersebut diambil dari beberapa UMKM mitra supplier limbah kulit jeruk yang ada di sekitar kampus IPB. Nantinya, jeruk diambil dan diolah dalam bentuk bubuk. Langkah yang mereka lakukan antara lain: membersihkan kulit jeruk, mengeringkan kulit jeruk menggunakan dehidrator, memproses kulit jeruk di dalam blender, setelah itu proses penghapusan, dan terakhir kulit jeruk disaring untuk menghilangkan partikel kasar yang tidak dapat hancur.
Dalam proses yang mereka jalani, tentu tidak mungkin dilalui tanpa kesulitan. Menanggapi hal tersebut, Lintang mengatakan, “Kita susah mencari mitra jahit. Kebanyakan belum pernah membuat dompet, jadi cukup lama mencarinya. Selain itu, walaupun sebenarnya bukan termasuk kesulitan, tetapi karena kita menggunakan proses pengeringan alami, jadi cukup memakan waktu sekitar 3 sampai 4 hari.”
Dompet yang terbuat dari kulit jeruk ini memiliki banyak kelebihan, seperti biodegradable, 100% menggunakan bahan nabati, mengurangi limbah sekaligus dampak negatif akibat limbah, tidak melakukan eksploitasi terhadap hewan, dan menjadi alternatif yang lebih terjangkau dari kulit hewan asli. Sejauh ini, produk dompet ZestLeather telah memiliki online shop sendiri dan berjaya di sosial media, seperti Instagram @zestleather.co dan TikTok @zestleather. Walaupun, secara pribadi Lintang dan tim sudah puas dengan produk mereka, kedepannya tim tersebut ingin melakukan improvisasi, seperti memperbanyak warna. Selain itu, mereka juga ingin memproduksi produk lain seperti card holder, lanyard, dan lain sebagainya.
***
Reporter: Putri Elsa Amelia Silalahi
Editor: Fairuz Zain
Tambahkan Komentar