Penelitian terkait pembuatan tepung telur telah berhasil dilakukan oleh seorang mahasiswi, Hilda Hilalatul Fajri, dengan hasil memuaskan. Proses pengerjaan yang dilakukan tersebut memakan waktu dua hari. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan proses pembuatan tepung telur pada bagian pengeringan. Penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan food dehydrator lebih optimal sebagai alat pengering.
Penelitian mengenai pembuatan tepung telur dilakukan pada suhu 50°C selama 16 jam. Diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan warna tepung telur pada proses pengeringan. Hal ini didasarkan pada alat pengering yang dipakai. Hilda menggunakan dua alat pengering sebagai perbandingan, yaitu oven dan food dehydrator. Dihasilkan bahwa tepung telur memiliki warna lebih pekat pada pengering oven daripada food dehydrator.
Hasil yang demikian dipengaruhi oleh banyak faktor. Hilda menyebutkan kadar air sebagai salah satu parameter yang membedakan warna pada tepung telur. Hilda menuturkan, “Pengeringan food dehydrator lebih optimal dibanding oven, sehingga kadar air yang dikandung lebih rendah.” Hilda menambahkan bahwa kadar air yang rendah dapat menyebabkan pucatnya warna pada tepung telur. Semakin banyak air yang teruapkan, maka semakin banyak senyawa yang terikat oleh air. Senyawa yang terikat ini ikut menguap sehingga warna tepung telur lebih pucat.
Pengeringan menggunakan oven, kadar air yang tersisa dalam tepung telur lebih banyak dibanding food dehydrator. Ini dibuktikan oleh warna yang lebih pekat. Dengan demikian, penggunaan oven belum cukup optimal untuk menunjang proses pengeringan tepung telur.
***
Reporter: Aisyah Ahadini Zuhaila
Editor: Rosita
Tambahkan Komentar