Tim PPKO Himpunan mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) berhasil menyelenggarakan lokakarya pada Kamis, 5 Juli 2024 di Kantor Desa Leuweung Kolot, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Kegiatan ini dihadiri oleh segenap perangkat desa, RW, RT, Kelompok Wanita Tani (KWT), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Tani (Poktan), Ibu-Ibu PKK, Karang Taruna, perwakilan Kepala Sekolah, dan sebagian masyarakat sebagai perwakilan yang menjadi sasaran program.
PPKO HMIT mengambil topik Kampung Iklim dengan judul “Circular Water System: Pemberdayaan masyarakat Dalam Konservasi Tanah dan Air Berorientasi Sustainable agriculture di Desa Leuweung Kolot” karena melihat permasalahan yang ada di desa tersebut. Andra Rasel sebagai ketua PPKO HMIT menekankan pentingnya program yang ada dan kesinambungannya dengan perubahan iklim untuk membantu permasalahan yang ada di Desa Leuweung Kolot.
“Sosialisasi program atau lokakarya yang dijalankan oleh tim pelaksana PPK Ormawa ini bertujuan untuk mengenalkan program-program utama kami yang terdiri dari 5 program utama, yaitu ada TRAP dan PELITA, Bokashi, Hidroponik, Pojok Edukasi Anak, dan juga ada Biopori sebagai program yang sejalan dengan ilmu tanah. Nah, selanjutnya di lokakarya ini juga kami mengenalkan dan berkoordinasi dengan warga-warga untuk menyempurnakan lokasi serta berjalannya program ini di waktu yang selanjutnya,” tuturnya.
Lokakarya ini memberikan gambaran besar program PPKO HMIT kedepannya kepada masyarakat desa. Penjelasan program disampaikan oleh masing-masing penanggung jawab (PJ) program. Fiilia sebagai PJ program TRAP dan PELITA mengatakan bahwa TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan, Pelihara) adalah pembuatan sistem penampungan air untuk lahan pertanian dalam satu rangkaian konsep PELITA ( Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga). PELITA memberikan pengurangan pengaruh cemaran limbah cair grey water terhadap tanaman pertanian melalui fitoremediasi menggunakan tanaman mata lele (Lemna Minor).

Program lainnya yang mendukung kampung iklim yaitu hidroponik. Hidroponik menjadi pertanian sistem tertutup yang menggunakan air sebagai media tanam. Sistem ini sangat cocok diterapkan di daerah yang mengalami kekeringan. Tidak hanya hidroponik, ada program bokashi, biopori, dan pojok edukasi anak sebagai program yang nantinya akan diimplementasikan di desa Leuweung Kolot.
Antusiasme dari masyarakat desa yang hadir sangat tinggi. Beberapa pertanyaan kritis, saran-saran membuka cakrawala baru bagi tim PPKO HMIT dalam diskusi dan sesi tanya jawab.
“Kegiatan Lokakarya dari mahasiswa IPB itu, satu edukasinya cukup bagus buat para warga khususnya dibidang pertanian. Terus kedepannya lebih bagus Lebih rutin tidak hanya sekali dan bisa berkelanjutan ya karena kan lokasi juga tidak terlalu jauh ya dari kampus kesini. Terakhir, mudah-mudahan kegiatan ini bisa bermanfaat,” ujar Dandy, Ketua RT 04 wilayah RW 03 di kampung Kabandungan Desa Leuweung Kolot.
Lokakarya ini juga menjadi awalan bagi tim PPKO HMIT untuk menyelenggarakan program kedepannya. Besar harapan tim pelaksana untuk bisa mensukseskan semua program.
“Saya berharap warga-warga di desa Leuweung Kolot ini dapat berpartisipasi aktif tentunya karena apabila tidak ada partisipasi warga, maka program kami tidak dapat berjalan. Selain itu, harapan saya program-program yang telah kami susun, telah kami canangkan dapat berjalan dengan lancar dan dapat selesai tepat waktu,” harap Rasel, ketua tim pelaksana PPKO HMIT.
***
Reporter: Rosita
Editor: Rosita
Tambahkan Komentar