Kembangkan Potensi Padi Sawah di Desa Bagok, Tim OVOC Padi Sawah Buktikan Metode GAP lebih Optimal dari Metode Tradisional

Pada Agustus – Desember 2023, tim One Village One CEO (OVOC) Desa Bagok, Barito Timur, Kalimantan Tengah mengembangkan potensi padi sawah melalui metode GAP.

 

One Village One CEO (OVOC) adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang ada setiap tahunnya. Pada tahun 2023 kegiatan tersebut diadakan di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Mujahid, salah satu anggota tim OVOC di Desa Bagok mengatakan, “OVOC ini terdiri dari beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang dan setiap tim akan ditempatkan di desa yang berbeda-beda, tim saya dapat di Desa Bagok, Barito Timur, Kalimantan Tengah.” 

 

Dalam proses, kegiatan turun lahan berlangsung selama 75 hari dari September – November 2023. OVOC fokus pada komoditas di setiap desa, jika ada komoditas yang berpotensi tinggi setiap tim akan mengembangkan komoditas yang potensi tersebut.

 

“Jadi di desa ini mempunyai potensi budidaya komoditas padi sawah yang besar dan luas, namun hasilnya belum maksimal karena budidayanya yang mereka lakukan belum modern / Good Agricultural Practice (GAP), masih tradisional dan mengikuti kepercayaan orang terdahulu,” ucap Mujahid.

 

Mujahid dan tim mengembangkan potensi padi sawah tersebut dan memperbaiki kekurangan budidaya padi sawah disana, agar lahan yang luas di Desa Bagok bisa ditanami padi sawah dengan lebih maksimal. Namun, dalam menjalankan misi tersebut tentu ada kendalanya. Bagi Mujahid, salah satu kendala yang paling berpengaruh, karena di desa ini masih menggunakan metode atau teknik budidaya padi yang tradisional dan masih percaya dengan orang-orang tua dulu.

 

“Masih banyak warga yang belum paham jika ternyata budidaya modern lebih baik dan mereka masih mempertahankan kepercayaan mereka, contohnya disana masih mengandalkan air hujan dan melakukan ritual pemanggilan hujan, padahal di desa tersebut ada embung sebagai sumber air,” ujar Mujahid saat diwawancarai.

 

Tim OVOC Desa Bagok pun berusaha membuktikan jika penanaman modern itu hasilnya lebih baik dan maksimal dengan membuat petak yang mengesankan (demplot). Setelah terbukti dan berhasil, sebagian besar masyarakat menerima, namun ada juga yang belum menerima.

 

Selain itu, Mujahid dan tim juga membuat inovasi-inovasi lainnya, “Sebelumnya, di Desa Bagok panennya hanya setahun sekali, tetapi setelah kami datang bisa setahun dua kali, lalu kami berinovasi membuat pupuk organik yang mudah dibuat sendiri dan dirangkum dalam sebuah poster. Kami juga membuat poster penanaman padi selama 2 musim serta buku SOP yang berisi petunjuk-petunjuk untuk budidaya padi secara GAP,” jelas Mujahid.

 

Mujahid dan tim berharap program yang telah dilaksanakan akan terus berjalan, pertanian terpadu (pertanian yang saling terhubung) juga terus dilaksanakan karena bermanfaat dan menjadi penopang untuk memaksimalkan potensi padi di Desa Bagok.

***

Wartawan : Durriyah Ramadhani

Redaktur: Rosita

Durriyah Ramadhani

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.