PKM-PM Special Safe Space: Memberikan Manfaat Bagi Penyandang Disabilitas melalui Kreativitas Tanpa Batas

Azzahra Adiva Putrione (IKK 59) sebagai ketua tim, beserta empat anggotanya, yakni Jenita Tiodora Carolina Simbolon (KPM 59), Sheren Zulva Shafira (KPM 59), Muhammad Omar Said Ritonga (IKK 60), Nur Hidayatus Zahro (PTN 59), dengan dosen pembimbing Ir. Dr. Melly Latifah, M.SI membuat inovasi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul “Special Safe Space: Pemberdayaan Edukasi Seks Para Penyandang Disabilitas Perkembangan Yayasan Jendela Ibu dengan Metode Visualization-Game Based Learning”.

“Ide tersebut muncul karena banyaknya berita mengenai pelecehan seksual yang dialami oleh penyandang disabilitas dan melalui perbincangan dengan pihak Yayasan Jendela Ibu, mereka menyampaikan bahwa masih minimnya edukasi seks yang didapatkan oleh anak-anak disabilitas di sana”, ungkap Jenita, salah satu anggota tim PKM Special Safe Space.

Program ini dilaksanakan dari tanggal 19 Mei hingga 7 Juli 2024 dengan menggandeng Yayasan Jendela Ibu sebagai mitra. Yayasan Jendela Ibu terdiri dari 16 anak disabilitas yang juga merupakan sasaran dari PKM Special Safe Space ini.

Tujuan dilaksanakannya program ini adalah untuk memberikan pemahaman terkait hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak-anak disabilitas kepada orang lain, dengan memberikan pemahaman tentang pencegahan pelecehan seksual. Hal tersebut disampaikan melalui edukasi seks yang menggunakan berbagai macam properti penuh warna. Kemudian, disampaikan dengan permainan yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Selain edukasi seks, PKM ini juga memberi pengetahuan mengenai rutinitas yang mungkin dianggap sepele bagi sebagian orang, namun sangat bermanfaat bagi anak-anak disabilitas. Dengan hal tersebut, mereka dapat melakukan rutinitas yang sebelumnya tidak dapat mereka lakukan dengan baik dan mandiri.

Program ini dilakukan dengan 5 bagian. Diawali dengan First Space: All Around You, mereka membuat identitas dan gelang nama yang membuat mereka mengenal identitas satu sama lain.

Second Space: Self Harmony yaitu memberi tanda pada bagian tubuh mana saja yang boleh disentuh dengan memberi warna hijau dan yang tidak boleh disentuh dengan memberi warna merah. Lalu, Third Space: Stage of Boundaries yakni kegiatan mengenakan pakaian pada boneka mereka sendiri sehingga mereka dapat mengerti tahapan dalam mengenakan pakaian. Selain itu, ada juga kegiatan menjahit untuk melatih motorik anak.

Third Space: Stage of Boundaries

Fourth Space: Self Hygiene adalah menyusun puzzle yang terdiri dari berbagai tahapan mandi. Terakhir Fifth Space: Feelings and Defenses yaitu menyampaikan cara merespon orang yang tidak dikenal dan ingin melakukan hal yang tidak boleh dilakukan, yang dikemas dengan cerita dan disampaikan dengan boneka tangan. Kemudian, di akhir mereka akan bermain peran dari cerita yang telah disampaikan sebelumnya.

Fifth Space: Feelings and Defenses

Lima bagian program yang telah dilakukan oleh PKM Special Safe Space memberikan hasil akhir yang luar biasa. Melalui pernyataan yang diberikan oleh beberapa orang tua dari anak disabilitas yang mengikuti program ini, mereka menyampaikan bahwa setelah pelaksanaan program, anak-anak mereka mengalami kemajuan dan perkembangan yang amat baik. Anak-anak yang sebelumnya tidak bisa melakukan hal-hal tertentu, kini dapat melakukannya secara mandiri, Bahkan anak-anak yang awalnya tidak mau berbicara, kini berani berbicara. Terlebih, anak yang memiliki keterbatasan pendengaran kini dapat menggunakan bahasa isyarat.

***

Reporter: Najwa Nabila Nuraini

Editor: Fairuz Zain

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.