Desa Ciherang — Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) IPB University mengadakan program inovatif bernama IPANIK (Inovasi Pupuk dari Sampah Organik). Program ini bertujuan untuk mensosialisasikan cara pembuatan pupuk organik kepada warga desa.
Program IPANIK didasari oleh hasil wawancara dengan perangkat desa dan kelompok tani. Desa Ciherang mayoritas penduduknya bekerja di bidang pertanian. Para petani sering mengalami kesulitan mendapatkan pupuk kimia bersubsidi, sehingga diperlukan alternatif berupa pupuk organik yang bahan mudah ditemukan. Selain itu, pupuk organik juga bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi kelompok tani.
Sebelum melakukan penyuluhan, tim KKNT melakukan persiapan yang meliputi wawancara dengan perangkat desa dan kelompok tani untuk mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi. Para mahasiswa juga berkonsultasi dengan dosen untuk memahami cara pembuatan pupuk organik. Tim KKNT kemudian melakukan percobaan internal untuk memastikan metode pembuatan pupuk organik yang sudah didapat sudah tepat.
Pada Jumat (26/7/2024), penyuluhan dimulai dengan pembukaan dan pemaparan materi. Materi yang disampaikan mencakup pentingnya pupuk organik, definisi, komposisi, jenis-jenis, perbedaan antara pupuk organik dan kimia, serta cara pembuatan pupuk organik. Setelah pemaparan materi, tim KKNT melakukan sosialisasi terkait aplikasi DigiTani. Acara dilanjutkan dengan demonstrasi langsung pembuatan pupuk organik, dimana warga turut berpartisipasi pada proses pembuatannya. Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan pertunjukkan hasil olahan pupuk organik.
Pada proses pembuatan pupuk organik, tim KKNT membuatnya dalam dua jenis, yaitu pupuk organik cair dan padat. Pupuk organik cair dibuat dengan mencacah sampah organik dari sayuran dan buah-buahan, kemudian dicampurkan dengan EM4, larutan molase (campuran gula dan air), dan air. Kedua bahan tersebut dicampurkan dan dibiarkan dalam ember tertutup selama 1 minggu, dengan dilakukan pengadukan setiap pagi selama 4 hari. Pupuk organik padat menggunakan bahan kotoran kambing, sekam padi, daun-daun kering, dan kulit jagung yang dicampur, disemprot dengan cairan (molase, EM4, air), diaduk, dan disimpan dalam wadah tertutup. Setiap hari wadah harus dibuka dan diaduk kembali. Pupuk organik padat baru bisa digunakan setelah didiamkan selama 2 minggu. Kedua jenis pupuk organik ini memberikan banyak manfaat dibandingkan pupuk kimia, seperti dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, mengandung unsur hara yang lengkap, meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, serta tidak merusak lingkungan.
Respon warga terhadap program IPANIK sangat antusias, terutama saat demonstrasi pembuatan pupuk. Warga merasa lebih teredukasi tentang manfaat pupuk organik dan cara pembuatannya. Tantangan utama dalam program ini adalah menyesuaikan jadwal pelaksanaan dengan waktu luang warga yang mayoritas bekerja sebagai petani. Tim KKNT yang berasal dari berbagai jurusan juga harus belajar dari awal tentang proses pembuatan pupuk organik.
Harapan tim, pupuk organik dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi ketergantungan pada pupuk kimia. Kedepannya, diharapkan pupuk organik dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga desa.
Program IPANIK adalah langkah nyata dalam memanfaatkan sampah organik dan memberikan solusi berkelanjutan bagi masalah pertanian di Desa Ciherang. Dengan antusiasme warga dan dukungan dari berbagai pihak, program ini diharapkan dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat jangka panjang.
***
Reporter: Hilma Rahmi Fauziah
Editor: Fairuz Zain
Tambahkan Komentar