Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK (PKM-PI) dari IPB University meluncurkan inovasi dengan menghadirkan SOYVEYOR, alat modern yang dirancang khusus untuk membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tempe, khususnya Tempe Super Bogor. SOYVEYOR merupakan mesin yang dapat menggiling, memecahkan kulit, dan menyortir kedelai dalam satu proses yang berkelanjutan. SOYVEYOR diciptakan dengan tujuan untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh produsen tempe lokal. Alat ini menawarkan solusi praktis dan efisien dalam proses produksi tempe, yang selama ini sering kali masih menggunakan metode tradisional dan manual.
Salah satu anggota Tim PKM-PI, Dinur Septiadi, menjelaskan bahwa ide ini muncul dari pengamatan langsung terhadap para pengrajin tempe di UMKM Tempe Super Bogor. “Masalah yang dialami oleh UMKM tersebut adalah ketidakmampuan memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan tenaga kerja dan waktu. Mereka hanya dapat memproduksi kedelai sebanyak 80 kg/hari, sedangkan permintaan pasar dapat mencapai 100-120 kg/harinya,” ujar Dinur saat diwawancarai pada Senin, 22 Juli 2024.
Tim PKM-PI pun melalui berbagai tahap untuk menciptakan inovasi guna membantu menyelesaikan permasalahan mitra mereka. Tahap pertama adalah berdiskusi dengan dosen pendamping, yaitu Dr. Ir. Agus Sutejo, M.Si. Mereka pun memperoleh masukan terkait ide, perancangan alat, hingga komponen yang diperlukan. Selanjutnya, Tim PKM-PI merancang sketsa alat dalam bentuk online 3D Modelling Blueprint. Setelah blueprint rampung, barulah proses manufaktur alat dimulai dengan diawasi oleh tim ahli. Proses yang terakhir yaitu uji fungsional alat dan pengaplikasian langsung oleh mitra.
Produsen tempe yang telah mencoba SOYVEYOR memberikan respons positif. “Pak Siman, pemilik UMKM Tempe Super mengatakan bahwa dengan adanya SOYVEYOR waktu serta kapasitas produksi menjadi lebih efisien. Proses sortasi yang pada awalnya bisa memakan waktu hingga dua jam, kini hanya menjadi satu jam saja. Dengan kecepatan waktu tersebut, kapasitas produksi dapat mencapai jumlah 120 kg dan memenuhi permintaan pasar,” terang Dinur.
Meskipun SOYVEYOR berhasil meningkatkan efektivitas produksi tempe, mitra dari Tim PKM-PI juga mengalami tantangan dalam mengaplikasikannya. Dinur menjelaskan, “Mungkin karena alatnya masih terbilang baru, mitra kami harus beradaptasi dulu. Kami harus mengajarkan terlebih dahulu cara menggunakannya dan terus mengawasi mereka. Namun tidak masalah, karena kami telah membuat buku pedoman mitra yang berfungsi sebagai panduan bagi mitra untuk mengoperasikan SOYVEYOR. Mitra kami bisa mengakses buku pedoman tersebut kapan saja saat mereka membutuhkannya.”
Dengan keunggulan yang dimiliki oleh SOYVEYOR, Tim PKM-PI IPB tentunya berharap bahwa UMKM tempe yang lain dapat turut serta menerapkan inovasi ini. “Semoga UMKM tempe lainnya bisa mendapatkan insight baru bahwa ada inovasi yang bisa meningkatkan efektivitas dari produksi tempe itu sendiri,” kata Dinur sembari mengutarakan harapannya.
***
Reporter: Diana Rahmawati Pinandita
Editor: Fairuz Zain
Tambahkan Komentar