The 6th International Symposium for Sustainable Landscape Development resmi dilaksanakan pada hari Rabu (15/9) dan Kamis (16/9). The 6th ISSLD yang diadakan dua hari melalui virtual meeting pada tahun ini mengangkat tema “Contributing the Science and Technology on Sustainable Landscape Development beyond Pandemic COVID-19 Era”. Pada simposium internasional online ini, presenter, moderator, dan peserta umum termasuk akademisi, peneliti, pejabat pemerintah, profesional, dan mahasiswa berasal dari negara-negara seperti Filipina, Jepang, dan Indonesia.
Simposium internasional ini merupakan kelanjutan dari simposium sebelumnya yang diadakan di Bogor tahun lalu. Tema utama dalam Simposium Internasional ke-6 ini bertujuan meneliti studi kasus secara terperinci agar terciptanya pembangunan lanskap yang berkelanjutan selama pandemi COVID-19, serta persiapan terhadap gangguan teknologi yang dapat mempengaruhi bidang arsitektur lanskap. Simposium ini menyajikan tiga sub-tema yaitu: (1) Kerentanan, Ketahanan, dan Transformasi; (2) Mitigasi, Adaptasi, dan Respon; dan (3) Budaya dan Perilaku Manusia.
Dalam melaksanakan ISSLD ke-6, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB University bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana Hortikultura, Chiba University, Indonesia Society of Landscape Architecture/IALI, Indonesian Education Forum of Landscape Architecture/FPALI. Tahun ini, simposium telah menerima 31 makalah lengkap yang akan ditinjau dan diterbitkan di IOP Conference Series: Earth dan Environmental Science (EES), serta Jurnal Lanskap Indonesia.
Pada pembukaan The 6th ISSLD, Rektor IPB Univeristy, Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si. menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 adalah salah satu contoh di mana kehidupan manusia dan satwa liar dapat berubah akibat pandemi dan ini juga dapat mendorong perubahan dalam lanskap. “Ruang hijau memiliki peran penting dalam menunjang kesehatan manusia dengan menyediakan suatu tempat yang aman untuk kegiatan di luar ruangan dan interaksi sosial selama pandemi COVID-19,” tambahnya.
Dr. Sandiaga Salahuddin Uno Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang merupakan Keynote Speaker I menjelaskan bahwa pandemi telah membuktikan pentingnya pariwisata sebagai kekuatan ekonomi dan penyedia mata pencaharian. Namun, perkembangan pariwisata yang tidak direncanakan dengan baik akan menghasilkan dampak negatif. Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan situasi pandemi yang kini memasuki era VUCA mengganti arah strategi pengembangan pariwisata Indonesia. Perubahan ini mengarah pada jenis kegiatan yang berorientasi pada sustainable and quality tourism.
Ruang terbuka hijau dan lanskap berkelanjutan dapat dimanfaatkan secara ekonomi dengan digunakan sebagai tempat wisata alami atau ekowisata bagi penduduk di daerah perkotaan. Dr. Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan bahwa salah satu strategi agar pariwisata dan ekonomi kreatif pulih dari pandemi adalah dengan memfokuskan pada penguatan pengelolaan dan tata kelola destinasi, pengembangan desa atau kelurahan wisata, revitalisasi destinasi, dan fasilitas ekonomi kreatif.
“Saya berharap simposium internasional ini dapat meneliti studi kasus secara mendalam, yang berkaitan dengan pembangunan lanskap berkelanjutan dan mempersiapkan teknologi yang berdampak pada area arsitektur lanskap,” ucap beliau.
Keynote Speaker II, Makoto Yokohari dari The Univeristy of Tokyo membahas mengenai re-discovering venacular landscapes untuk kota-kota asia yang lebih hijau dan inklusif di era COVID-19. Saat ini, berbagai kota di dunia menghadapi tantangan besar untuk mengubah perencanaannya. Dasar dari perencanaan sebaiknya tidak hanya untuk dapat hidup dengan COVID-19, tetapi juga untuk membuat kota yang lebih hijau dan inklusif.
Makoto Yokohari menjelaskan bahwa penerapan teknologi cerdas, termasuk teknologi digital dan sistem energi terbarukan, dapat dianggap sebagai alat yang ampuh untuk mengatasi tantangan ini. Ketika melihat sejarah lanskap kota-kota di Asia, kita dapat mengidentifikasi tools apa yang sangat diperlukan, meskipun terkadang diabaikan. Salah satu alat yang peranannya harus ditemukan kembali adalah pertanian perkotaan yang sering dianggap kuno dan berantakan.
Terdapat juga pemaparan dari Invited Speaker I, Tatsuaki Kobayashi, Wakil Presiden Chiba University mengenai Pengurangan bencana sayotama dalam perubahan iklim. Kemudian, Wicaksono Sarosa Ph.D. selaku Invited Speaker II yang merupakan anggota dewan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI-www.cisdi.org), mengenai visionisasi kota-kota pascapandemi yang berkelanjutan.
Terakhir, ada pemaparan dari Invited Speaker III, Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. selaku Dosen dari Departemen Arsitektur Lanskap IPB University mengenai penyediaan ruang terbuka dan taman di Kota Bogor di era pandemi COVID-19, apakah paradoks pembangunan?. Selain itu, setiap subtema yang ada pada The 6th ISSLD, dilakukan juga oral presentation dan e-poster presentation.
Reporter : Hasna Amada Ramania
Sumber gambar: Program Book The 6th ISSLD
Editor: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah
Tambahkan Komentar