Minggu (11/04) telah dilaksanakan sosialisasi terkait KKN-Tematik 2021-2022. Penentuan lokasi usulan hingga mekanisme perizinan dibahas secara rinci oleh Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si. dan Dr. Yudi Chadirin S.TP., M.Agr. KKN-T merupakan program wajib bagi mahasiswa dengan memberikan pengalaman belajar di tengah masyarakat luar kampus.
KKN-T ini terbagi menjadi dua periode, yaitu pada periode I (2021) dan periode II (2022). Pelaksanaan periode I kurang lebih berlangsung dari April 2021 hingga Oktober 2021. Sedangkan, pelaksanaan periode II berlangsung dari November 2021 hingga April 2022. Pelaksanaan KKN-T sudah termasuk dari persiapan, tahapan pendaftaran, hingga pelaksanaan serta ujian penilaian. Saat ini, program KKN-T sedang memasuki periode I pada tahap persiapan dan seleksi.
“Dana KKN memang dana mahasiswa yang diambil dari SPP mahasiswa dan itu untuk penyelenggaraan dan sebagian akan kita kembalian ke mahasiswa dalam bentuk dana program. Jadi, ada bantuan program sekelompok maksimal Rp1 juta dan bantuan individu Rp300 ribu,” ujar Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si pada Sosialisasi KKN-T 2020-2021 (11/04).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KKN-T kali ini dilaksanakan di domisili masing-masing mahasiswa. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pelaksanaan KKN-T Domisili, yaitu pandemi Covid-19, aspek keamanan dan keselamatan, konsep model pentaheliks, kebutuhan manusia, dan pengamalan Tridharma. Terutama karena pandemi Covid-19, mahasiswa mau tidak mau harus melaksanakan KKN-T di domisilinya masing-masing.
Penentuan lokasi KKN-T 2021-2022 disesuaikan dengan bidang ilmu serta tema yang diambil. Diharapkan mahasiswa memprioritaskan lokasi terdekat atau yang satu domisili. Mahasiswa juga dapat memilih lokasi lain karena alasan akademisi, tetapi dengan syarat biaya seperti akomodasi dan transportasi ditanggung masing-masing mahasiswa.
Ada sekitar 6 usulan lokasi yang disediakan oleh IPB beserta tema programnya. Lokasi-lokasi tersebut, yaitu Kabupaten Tangerang; Kabupaten Sukabumi; Lombok Timur; Demak, Batang, Cilacap; Aceh Jaya; dan Bontang. Masing-masing lokasi memiliki tema dan jumlah mahasiswa yang berbeda-beda. Jumlah mahasiswa yang dapat diterima di Kabupaten Tangerang; Kabupaten Sukabumi; Demak, Batang, Cilacap sekiranya ada 30 orang. Di tiga lokasi lainnya, Lombok Timur, Aceh Jaya, dan Bontang dapat menerima sekitar 7-20 mahasiswa.
Mahasiswa diperbolehkan memilih lokasi KKN yang tidak sesuai domisilinya. Akan tetapi, terdapat syarat-syarat penting terutama dalam mengurus perizinannya. Syarat-syarat tersebut umumnya tergantung kebijakan domisili terkait, seperti izin dari otoritas atau kebijakan satgas setempat yang biasanya meminta surat hasil swab atau antigen. 14 hari sebelum dimulai KKN, mahasiswa pun sudah harus berada di lokasi KKN tersebut.
Mahasiswa disarankan memilih lokasi KKN sesuai domisilinya masing-masing. Hal itu disebabkan jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, misalkan positif Covid-19, maka akan lebih panjang urusannya ketika mengurus administrasi kesehatan di domisili berbeda.
Ketika pendaftaran melebihi kuota, seleksi akan dilakukan. Mahasiswa yang berdomisili dengan lokasi KKN akan diprioritaskan. Selain itu, ada beberapa aspek penting lainnya yang akan dipertimbangkan dalam seleksi. Aspek-aspek tersebut seperti, kebutuhan, motivasi, alasan memilih lokasi tersebut, dan yang paling penting kesehatan mahasiswa sebelum mengikuti KKN.
“Periode Juni akan dipakai untuk praktikum terpadu. Yang tertinggal praktikum laboratorium selama tiga semester, akan digunakan di periode Juni-Agustus ini. Tetapi, belum juga ada informasi yang pasti,” ungkap Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si. Meski belum ada informasi pasti terkait perkuliahan offline, KKN akan tetap direncanakan. Apabila ada mahasiswa yang mesti melakukan praktikum offline, maka akan dimundurkan ke periode Januari. Beliau juga menambahkan, jika sudah ada kejelasan, ada kemungkinan pihaknya dapat menghitung mahasiswa-mahasiswa yang tidak dapat ikut KKN karena alasan praktikum.
Reporter: Valenda Tunjung Aurin K
Editor: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah
gak takut Covid ya? kok mengorbankan mahasiswa sih?