Dialog Terbuka dengan Sasaran Seadanya

Pemilihan Raya, atau yang biasa disingkat menjadi Pemira—merupakan suatu ajang dimana para mahasiswa IPB dapat menyalurkan haknya untuk menentukan pemimpin yang nantinya akan menjadi sosok terdepan di kalangannya, baik itu terdepan mewakili seluruh mahasiswa IPB yaitu sebagai Presiden Mahasiswa (Presma) ataupun mewakili seluruh mahasiswa dalam fakultas sebagai Ketua BEM.
Penting bagi para pemilih untuk mengetahui siapa-siapa saja yang menjadi calon pemimpin tersebut. Caranya selain melalui poster yang ditempel di mading-mading, pamflet yang dibagikan, dan spanduk yang dipasang, juga sosialisasi para calon melalui dialog terbuka yang dapat dilakukan di spot-spot yang telah ditentukan oleh panitia pemilihan. Salah satu spot yang digunakan untuk dialog terbuka calon presiden mahasiswa (capresma) dan calon wakil presiden mahasiswa (cawapresma) adalah Asrama Putri TPB IPB.
Dialog terbuka yang dilakukan pada hari Selasa, 16 Oktober 2012 lalu mengambil tempat berkumpul di lapangan basket Astri. Acara ini tentu saja selain dihadiri oleh dua pasang calon juga dilengkapi oleh tim sukses masing-masing yang menambah kehebohan acara. Namun ternyata, dialog terbuka ini hanya dihadiri oleh segelintir para penghuni astri. Kondisi ini begitu disayangkan, sebab kesempatan sosialisasi para capresma dan cawapresma hanya sekali saja mampir di Astri.
“Para penghuni asrama putri banyak yang nggak datang soalnya masih ada jadwal kuliah yang belum selesai, mereka pada belum balik ke asrama,” ujar salah satu Panitia Pemilihan Raya Wilayah TPB (PPRW), Dilla Sari Puspa (Bio ‘49) ketika ditanya perihal kondisi itu, “Apalagi publikasinya kurang banget, cuma pas apel dan beberapa dari komti masing-masing kelas,” tambahnya.
Selain banyak yang tidak bisa datang karena tidak tahu, ternyata juga ada beberapa mahasiswi yang sengaja tidak menonton dialog terbuka karena alasan lain, seperti banyak tugas sampai karena benar-benar malas dan tidak tertarik.
Hal ini tentunya berdampak pada ketidaktahuan para pemilih akan siapa-siapa saja yang nanti akan dipilih di hari pencoblosan nanti. Ketidaktahuan bisa berujung pada pilihan yang sekedar ikut-ikutan teman, memilih hanya karena calonnya berpenampilan oke, atau bahkan bisa jadi banyaknya suara yang abstain. Demokrasi yang tertuang dalam Pemira ini pun berkurang esensinya.
“Sebaiknya sih, publikasi digencarkan dari jauh-jauh hari, selain dari pengumuman pas apel juga dari selebaran. Selain itu kalau bisa bekerja sama dengan pihak asrama sehingga bisa dijadikan acara asrama yang nantinya bisa menarik lebih banyak sasaran dialog,” saran Dilla.
Farah Dina A – Reporter Magang

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.