KTM Salah Data, Harus Tunggu Dua Minggu

Hari ini, 10 Oktober 2012, jajaran mahasiswa Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan ke-49 mendapat giliran untuk mengambil kartu mahasiswa permanen yang juga berfungsi sebagai kartu ATM. Kartu mahasiswa ini di-endorse oleh sebuah bank swasta ternama Indonesia. Sebenarnya, pengambilan kartu mahasiswa permanen untuk mahasiswa FMIPA  juga dapat dilakukan keesokan harinya, yaitu 11 Oktober 2012.
                Namun, di balik antusiasme para mahasiswa FMIPA IPB angkatan ke-49 karena menerima kartu mahasiswa, ada sesuatu yang mengganggu. Ada beberapa mahasiswa yang mengaku menemukan kesalahan data pada kartu-kartu mereka masing-masing.
                Listi, seorang mahasiswi Kimia IPB angkatan 49 mengakui nama lengkapnya yang tertera di kartu mahasiswa permanen adalah salah. Nama lengkapnya adalah Listiana Cahya L., tapi nama yang tertera adalah Listia Cahya L. Tentu saja hal ini membuat Listi kaget.
                Saat ditanya petugas bank apakah Listi ingin mengurusi perbaikan kartu itu sekarang atau tidak, Listi langsung mengiyakan dengan mantap. “Ya mau diurus sekarang lah, soalnya kan mau dipakai tujuh tahun. Kalau ada salah apa-apa, ke sananya ribet,” tutur Listi saat itu kepada petugas.
                Satu narasumber lagi, sebut saja EyD, seorang mahasiswa Biokimia IPB angkatan ke-49 mengakui foto yang tertera di kartu mahasiswa permanen bukanlah foto dirinya, melainkan foto seseorang yang dia tidak kenal. EyD langsung terkejut, berhubung dirinya adalah seorang laki-laki sedangkan foto yang tertera adalah foto perempuan. EyD juga mengakui bahwa petugas bank tidak mau menjelaskan secara detil mengapa bisa terjadi kesalahan seperti ini.
“Hal yang pertama kali gue pikirkan, ini salah siapa? Gue nggak enak menuduh bank langsung, karena nggak ada bukti. Gue juga nggak bisa menunjukkan bahwa ini kesalahan gue,” aku EyD saat diwawancara oleh penulis.
                Namun, alangkah terkejutnya baik Listi maupun EyD ketika proses perbaikan itu ternyata memakan waktu dua minggu. Menurut tuturan petugas yang melayani Listi, proses perbaikan itu harus ke bagian pusat. Listi sangat menyayangkan kejadian ini, begitu juga EyD.
                EyD mengkritik cukup pedas mengenai kejadian ini, “Kenapa musti dua minggu sih? Kok nggak bisa tiga atau empat hari? Masa bank sebesar itu nggak bisa cepet? Mereka kurang profesional dalam hal sepele.”
                Sedangkan Listi menyarankan, “Sebelum mencetak, harus dikroscek dulu. Kita sebagai konsumen dirugikan. Apalagi soal waktu dan tenaga. Ke depannya, jangan ada salah-salah lagi.”
Fara Ruby – Reporter Magang

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.