Spirlee Anesta Sanas, Sempat Bekerja di Laundry Hingga Jadi Wisudawati Terbaik IPB University

Siapa sangka seorang gadis dari keluarga sederhana dengan perekonomian tidak stabil bisa lulus dari Institut Pertanian Bogor dengan predikat cumlaude? Spirlee Anesta Sanas telah berhasil membuktikannya. Tepat pada Rabu (15/1) lalu, Spirlee terpilih sebagai wisudawati terbaik IPB University. Dara cantik ini diterima di IPB melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2015 di Fakultas Kedokteran Hewan. Ia berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,78.

Dibalik pencapaian yang ia raih pada program sarjananya tersebut, banyak kisah yang patut dijadikan pelajaran dan renungan. Salah satunya, Spirlee sempat bekerja di tempat usaha laundry sebagai penyetrika dan penjaga kasir. Hal itu ia lakukan karena adanya kendala keuangan dari keluarga pada masa akhir studinya. Selain harus mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia juga harus mencukupi kebutuhan kuliahnya. Di fase itulah manajemen waktunya semakin diasah. Ia harus jeli dan pandai membagi waktu antara menyelesaikan skripsi dan bekerja paruh waktu.

Berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, telah membuka mata dan pikirannya terkait peran profesi dokter hewan yang sangat strategis. Spirlee berpendapat, “Bagi saya, ilmu kedokteran hewan benar-benar menuntut kemampuan praktik dalam menangani kesehatan hewan”.

Satu hal yang hanya dirasakan oleh anak perantauan ialah rindu keluarga dan sanak saudara di daerah asal. Kerinduan itu juga dirasakan Spirlee. Namun, demi mengejar target menuntaskan skripsi hingga ujian sarjana, ia merelakan momen mudik ke kampungnya di Kabupaten Madiun. “Alhamdulillah, saya berhasil lulus pada 9 Juli 2019, dua minggu sebelum pembayaran UKT semester 9,” ungkapnya penuh rasa syukur.

Alumni SMA Negeri 1 Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur ini mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT serta kedua orang tuanya yang terus bertekad kuat untuk membiayai dirinya berkuliah di IPB hingga lulus sarjana. Walaupun tiap memasuki semester baru, orang tua Spirlee harus meminjam uang untuk biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT). Menjadi lulusan sarjana pertama di keluarganya merupakan sebuah kebanggaan bagi keluarga dan diri Spirlee sendiri.

Sembari mengumpulkan biaya untuk menyelesaikan pendidikan profesi kedokteran hewan, Spirlee kini bekerja di sebuah perusahaan swasta. Dirinya bekerja di klinik autis dengan tugas memberikan terapi kepada anak-anak penderita autis supaya mampu beraktivitas seperti masyarakat normal lainnya. “Bekerja di klinik autis, saya mengambil hikmahnya karena dapat melatih kesabaran,” kata dara berkerudung tersebut.

Kehidupan perkuliahan tidak selalu mulus. Pasti akan ada lika-liku di dalamnya. Spirlee pun meyakini betul hal itu. Ia menekankan kepada mahasiswa lainnya untuk selalu mengingat niat ketika awal memasuki jenjang perkuliahan. Niat itulah yang akan menjadi penyemangat internal diri saat semangat acapkali naik turun di tengah rutinitas perkuliahan. Dirinya pun menyadari bahwa setiap dari manusia tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Menurut Spirlee, setidaknya kita tonjolkan kelebihan diri di bidang lain, andai kata tidak mampu menonjolkan diri pada bidang tertentu. Seminimal-minimalnya, buatlah kedua orang tua menyunggingkan senyum bahagia bercampur bangga. Konsep ini juga berlaku bagi mahasiswa yang terlahir dari keluarga berada. Sekaya apa pun orang tua, mencari uang untuk berkuliah tetaplah tidak mudah. Niat awal yang senantiasa diingat itulah, Spirlee bisa mencapai target dan tetap kuat dalam setiap jejak menapaki kehidupan di dunia perkuliahan.

Sumber gambar: instagram.com/spirleea
Penulis: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah (Korpus Institute)
Editor: Putri Arum Puspitasari

Korpus Institute

Korpus Institute

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.