Lahir dari Ketidaksengajaan, TIM PKM-K IPB Ciptakan Toya yang Menjadi Solusi Peningkatan Kualitas Air Natural-based untuk Rumah Tangga Sehat

Tim PKM-K yang beranggotakan Dewa Fahtiar Fisabila, Adinda Kirana Murni Siregar, Azizah Luthfiyah Mumtaz Sidiq, dan Asyfa Thalitha berinovasi membuat paket peningkat kualitas air natural-based yang dinamakan Toya. 

Dewa menjelaskan bahwa sekarang ini, orang-orang meningkatkan kualitas air memakai bahan-bahan kimia, seperti tawas dan kaporit. Begitu juga untuk menjernihkan air, biasanya memakai metode filter saja. Tim PKM-K Dewa pun membuat Toya yaitu paket peningkat kualitas air yang hadir sebagai solusi.

“Toya memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas air dengan menyediakan 2 produk, yaitu Toya Powder dan Toya Filter,” jelas Dewa

Pertama, Toya Powder dengan sistem koagulan, mengendapkan kotoran di air. Toya Powder menggunakan ekstraksi zat dari bahan-bahan natural-based, seperti bonggol pisang, biji kelor, dan daun jambu biji.

Dewa menjelaskan, “Biasanya penjernihan air hanya pakai biji kelor, namun masalahnya air hasil penjernihannya tidak bisa disimpan karena endapannya bisa membusuk. Namun, Toya hanya memakai zat-zat yang dibutuhkan. Biji kelor berfungsi sebagai koagulan, bonggol pisang sebagai penarik logam berat, dan jambu biji sebagai antibakteri. Jadi Toya menghadirkan 3 fungsi dalam 1 produk.”

Kedua, Toya juga menyediakan filter air yang dinamakan Toya Filter. Air yang sudah diendapkan perlu filter untuk menyaring endapannya. Toya Filter adalah filter modular yang bisa dibongkar pasang menyesuaikan kebutuhan konsumen. Kedua produk Toya ini bisa dibeli dalam bentuk paket ataupun terpisah.

“Jadi bisa beli powdernya atau filternya saja atau keduanya,” ucap Dewa

CEO dari Toya ini melanjutkan bahwa Toya lahir dari ketidaksengajaan. Awalnya, tim Toya memiliki ide produk hand wash yang dinamakan Hafo, Saat coaching PKM, produk tersebut diberi banyak komentar oleh Ibu Wini Trilaksani sebagai reviewer.

“Kami terpikirkan ide untuk membuat produk peningkatan kualitas air memakai bahan-bahan alami dengan metode pembuatan mirip ide Hafo,” ujar Dewa. Produk tersebut akhirnya dinamakan Toya. Reviewer tersebut juga setuju dan sekaligus menjadi dosen pendampingnya. Tim PKM-K Toya segera menyelesaikan proposal dan ternyata kedua idenya, Hafo dan Toya, lolos.

Produksi Toya sendiri bekerjasama dengan Science and Techno Park (STP) di Taman Kencana, Bogor. Sebelumnya, untuk sampel-sampel skala kecil diproduksi di Dramaga, tetapi untuk produksi selanjutnya akan bekerjasama dengan STP. 

Dewa menjelaskan mitra Toya dibagi jadi 2 kategori, yaitu mitra penyedia bahan dan mitra pemasaran. Mitra penyedia bahan yaitu daun jambu biji dari Agribusiness and Technology Park (ATP) yang menjadi supplier jambu di sekitar Bogor. Ternyata ATP memiliki masalah distribusi limbah daun jambu, begitu juga dengan bonggol pisang yang bermitra dengan Kebun Sadifa Fakultas Pertanian.

“Jadi selain bisa dapat gratis, ternyata Toya bisa memanfaatkan limbah. Namun, untuk biji kelor tetap beli di Jombang, Jawa Timur, ” ucap Dewa.

Selanjutnya untuk mitra pemasaran, lokasi pemasaran pertama di Desa Cinangneng yang terdapat masalah mengenai air. Target segmentasi di Jabodetabek dulu khususnya sekitar Bogor, tetapi untuk beberapa waktu kedepan akan ke daerah-daerah lainnya yang punya masalah dengan air bersih dan belum terjangkau air PAM. 

Reporter: Durriyah Ramadhani

Editor: Shintia Rahma Islamiati

Avatar

Durriyah Ramadhani

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.