Di tengah tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia, para mahasiswa berbakat dan visioner, diketuai oleh George Martinus bersama dengan anggotanya yaitu Mauly Christy, Maulina Lamuse, Ratna Atika Huwaida, dan Salsabila Putri K. Didampingi oleh Dr. Eng. Heriansyah Putra, S.Pd., M.Eng. yang berdedikasi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta, telah menemukan solusi mencengangkan untuk mengatasi abrasi pantai yang mengancam garis pantai di berbagai lokasi di Indonesia.
Berdasarkan data terbaru, sekitar 40% dari total panjang garis pantai Indonesia yang mencapai 81 ribu kilometer mengalami kerusakan akibat abrasi. Ini adalah masalah serius yang dapat mengancam penduduk yang tinggal di pesisir pantai. Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim PKM Riset Eksakta dengan judul “Mitigasi Abrasi Pantai dengan Pemanfaatan Biopolimer Karagenan Sebagai Metode Perbaikan Tanah Pasir” telah menemukan terobosan yang menjanjikan.
Martin yang mewakili tim mereka menemukan bahwa penggunaan biopolimer, khususnya Karagenan, yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Karagenan, yang dihasilkan dari alga merah, memiliki sifat viskositas yang stabil bahkan ketika terpapar sinar matahari yang kuat. Tim ini mengkombinasikan Karagenan dengan basa alkali yang terpilih, kemudian digunakan dalam penggunaan ekstraksi dari alga merah menjadi bubuk Karagenan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menguji efektivitas Karagenan dalam mengurangi abrasi, mengevaluasi pengaruh penambahan basa alkali pada Karagenan untuk ketahanan abrasi, dan menentukan konsentrasi optimum larutan Karagenan untuk mengurangi porositas pasir yang menjadi penyebab abrasi.
Martin dan timnya menjalankan eksperimen mereka dari bulan Juni hingga September 2023 di berbagai laboratorium, termasuk Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Laboratorium Biokimia Departemen Kimia IPB, dan Laboratorium Forensik di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri, Sentul, Bogor.
Mereka juga mengumpulkan sampel pasir dari beberapa lokasi pesisir pantai, seperti Pantai Ancol, Pantai Anyer, dan Pantai Carita. Setiap lokasi dipilih karena tingkat abrasi yang berbeda, dengan Pantai Anyer yang pernah terkena tsunami memiliki tingkat abrasi yang lebih tinggi. Tim ini melakukan pengujian karakteristik pasir dari sampel yang diambil, memproduksi bubuk Karagenan, menguji geser langsung, memodelkan abrasi, dan melakukan analisis mikroskopis sampel.
Dampak dari penemuan ini sangat signifikan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Dengan laju abrasi yang terus meningkat, tanpa tindakan mitigasi, garis pantai bisa mengikis pemukiman warga, mengancam kehidupan mereka dan infrastruktur mereka.
George Martinus menjelaskan bahwa alasan mereka tertarik pada bidang riset eksakta adalah karena mereka perlu data eksak yang dapat dibandingkan dengan asumsi yang mereka buat. Penelitian ini adalah upaya untuk memberikan solusi konkrit terhadap masalah abrasi pantai, bukan sekedar teori.
“Harapan kami uji coba ini bisa dilanjutkan dan diterapkan di pantai-pantai Indonesia agar bisa mengetahui bahwa hal tersebut efektif atau tidak pada skala lapangan bukan hanya skala laboratorium. Semoga penelitian ini memberikan manfaat pada masyarakat terutama yang tinggal di pesisir pantai agar bisa beraktivitas dengan lebih efektif sekaligus aman dari bencana abrasi,” ungkap Martin selaku ketua tim sebagai penutup wawancara.
Untuk info lebih lanjut mengenai Tim PKM Cegahabrasi, bisa di cek di instagram @cegahabrasi
Reporter: Mutia Rachmina
Editor: Shintia Rahma Islamiati
Tambahkan Komentar