Memanfaatkan Limbah dari Tongkol Jagung, Tim PKM-K IPB “Segotong” Buat Beras Analog

Nurul Cinthiya Nasution selaku ketua tim PKM-K “Segotong” bersama rekan sesama mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN), Annisa Rianti Andarini, Ananda Zahra Ariannisa dan Alisya Pramudya Wardhani buat beras analog dengan memanfaatkan limbah dari tongkol jagung. Berlatar belakang sebagai mahasiswa TIN yang sangat dituntut untuk melihat peluang dalam setiap keadaan dan diajarkan untuk memutar otak untuk melakukan added value pada bahan yang memiliki nilai rendah, Nurul dan teman-temannya memutuskan membuat produk dari limbah.

Melalui hasil pencarian literatur, tim PKM-K “Segotong” menemukan bahwa limbah tongkol jagung ternyata mengandung serat. Limbah tongkol jagung yang biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak kini mereka added value menjadi ‘Beras Analog’. Impor beras yang masih tinggi inilah yang kemudian memicu Nurul dan teman-temannya membuat produk tersebut. Selain itu, produksi jagung yang tinggi di Indonesia juga menambah source limbah tongkol jagung yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik.

“Terinspirasi dari beberapa literatur, seperti sereal tongkol jagung dan cookies tongkol jagung membuat kami terpikirkan untuk membuat beras analog dari tongkol jagung. Penelitian Prof. Slamet Budijanto (Dekan Fateta) sangat berjasa bagi kami. Karenanya kami dapat mempelajari membuat formulasi beras analog yang kaya serat hingga akhirnya kami dapat melakukan produksi skala besar,” tutur Nurul.

Beras analog yang dirancang sedemikian rupa ini memberikan manfaat yang signifikan dengan indeks glikemik rendah sehingga aman untuk gula darah dan serat pangan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Dengan kandungan beras yang kaya akan serat dan membantu menjaga lingkungan serta mengurangi impor beras di Indonesia, beras analog hanya dijual dengan harga Rp.10.000 per 250 gramnya.

Menurut penuturan Nurul, tim segotong sudah beberapa kali mengikuti event dan mendapatkan respon pengunjung yang sangat baik dan melalui branding media sosial seperti tiktok dan instagram, viewers memberikan respon yang baik pula. Fun fact-nya, beras analog ini sudah terjual 95 Pcs dalam  waktu  2 minggu.

“Banyak sekali  tantangan yang kami hadapi. Namun alhamdulillah dengan segala dukungan, sudah tercipta inovasi beras analog berbahan dasar tongkol jagung yang kaya serat dan sudah terproduksi lebih dari 200 Pcs serta sudah terjual sekitar 95 Pcs. Semoga inovasi ini terus berkembang,” ujar Nurul.

Besar harapan tim PKM-K “Segotong” untuk kedepannya, “Kami harap dengan adanya produk inovasi ini dapat menjadi solusi untuk masalah yang sedang Indonesia hadapi terkait ketahanan pangan. Harga yang terjangkau dan bahan yang sustainable sangat memungkinkan untuk dikembangkan di Indonesia. Kami percaya suatu saat nanti tentu akan dibutuhkan subtitusi beras melihat kondisi iklim dan cuaca yang sudah sangat ekstrem. Selain itu, kami harap dengan adanya beras analog yang memanfaatkan bagian yang jarang digunakan ini dapat mengurangi limbah tongkol jagung di Indonesia,” Harap Nurul mewakili tim PKM-K “Segotong”.

Reporter: Rosita

Editor: Shintia Rahma Islamiati

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.