September Berdarah: Fakta dan Kronologi Maraknya Pelanggaran HAM di Indonesia

Bulan September kembali mencatatkan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, melanjutkan pola suram yang telah terjadi selama puluhan tahun. Dari kasus-kasus kekerasan yang mewarnai era Orde Baru hingga insiden-insiden terbaru yang mengusik keadilan, entah mengapa bulan ini selalu menjadi momen gelap dalam catatan HAM negeri ini. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang mengapa kekerasan dan pelanggaran sistematis terus berulang, seakan menjadi siklus yang sulit dihentikan. Berikut merupakan kilas balik beberapa kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia pada bulan september.

Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Siswi SMP, 01 September 2024 

Seorang siswi SMP berusia 13 tahun ditemukan tewas mengenaskan di kuburan Cina, Palembang, pada Minggu (1/9/2024). Korban diketahui dibunuh dan diperkosa oleh empat remaja, termasuk pacarnya sendiri. Peristiwa keji ini diduga dilatarbelakangi oleh penolakan cinta dan pengaruh buruk konten negatif. Keempat pelaku, yang masih berusia remaja, telah ditetapkan sebagai tersangka. Kasus ini menggemparkan masyarakat dan menjadi sorotan karena melibatkan anak di bawah umur sebagai pelaku. Polisi masih terus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap seluruh motif dan kronologi kejadian. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan pentingnya perlindungan anak dari kekerasan dan pengaruh buruk lingkungan sekitar.

Kasus Munir, 07 September 2004

Munir Said Thalib, seorang aktivis hak asasi manusia yang vokal dalam mengkritik pelanggaran HAM di Indonesia, terutama terhadap militer, meninggal dunia dalam penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam pada 7 September 2004. Autopsi mengungkapkan bahwa Munir diracun dengan arsenik. Berbagai spekulasi muncul mengenai siapa yang berada di balik pembunuhan ini, mengingat Munir telah lama mengadvokasi hak-hak korban kekerasan negara dan militer. Pada tanggal 18 Maret 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot Garuda Indonesia, dituduh terlibat dalam pembunuhan tersebut dan dijatuhi hukuman penjara. Namun, banyak yang percaya bahwa Pollycarpus hanyalah pelaksana, bukan otak utama pembunuhan.

Tahun 2022, Hacker Bjorka mengungkapkan bahwa otak pembunuhan Munir adalah Muchdi Purwopranjono. Muchdi memang sempat ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian pada 19 Juni 2008. Muchdi dicurigai memiliki motif sakit hati terhadap Munir yang pernah mengungkap keterlibatan Tim Mawar dalam penculikan aktivis, yang berujung pada pemberhentian karir Muchdi.

Tragedi Tanjung Priok, 12 September 1984

Tragedi Tanjung Priok, 12 September 1984, merupakan salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia. Bentrokan antara warga sipil dan militer terjadi akibat protes atas penangkapan tokoh Islam dan isu kebebasan beragama. Puluhan hingga ratusan orang tewas, meskipun jumlah korban masih diperdebatkan. Insiden ini memicu kecaman luas terkait pelanggaran hak asasi manusia di era Orde Baru. Mereka menilai bahwa tindakan militer terlalu berlebihan dan melanggar hak-hak dasar warga sipil. Kasus ini juga mengungkap adanya ketidakadilan dan represi politik di bawah rezim Orde Baru yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto. Setelah jatuhnya rezim Soeharto, beberapa pelaku diadili, namun keadilan bagi korban dianggap belum sepenuhnya tercapai. Hingga kini, tragedi ini menjadi pengingat pentingnya hak asasi dan keadilan sosial di Indonesia.

G30SPKI, 30 September 1965

G30S/PKI (Gerakan 30 September 1965) merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, ketika enam jenderal TNI dan beberapa lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang diklaim dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri Gerakan 30 September. Gerakan ini terjadi pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965. Dalam propaganda resmi yang berlangsung selama Orde Baru, G30S disebut sebagai upaya Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia.

Setelah kegagalan kudeta tersebut, militer, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto, mengambil alih situasi, menumpas kelompok tersebut, dan akhirnya menggulingkan Presiden Soekarno. Setelah peristiwa ini, terjadi pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan PKI serta orang-orang yang diduga terkait dengan komunisme. Diperkirakan ratusan ribu hingga lebih dari satu juta orang tewas dalam penumpasan ini.

***

Reporter: Diana Rahmawati Pinandita, Mutiara Rachmina Indriani.

Editor: Rosita

Illustrator: Anggi Malika

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.