Judul : Menembus Koran Edisi II (Berani Menulis Artikel)
Penulis : Bramma Aji Putra
Penerbit : Easymedia (Yogyakarta)
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : x + 143 Halaman
Buku ini bukan buku baru apalagi best seller. Tertulis cetakan pertama Mei 2012 dan mungkin belum ada cetakan selanjutnya. Saya menemukan buku ini sekitar tiga pekan lalu di sebuah toko buku yang tidak terlalu terkenal. Sekilas covernya berbeda dengan buku biasa dan membuat mata kembali melirik. Judulnya tidak terlalu menarik, namun sedikit menantang untuk dipegang. Setelah sekian detik mengamati sosok yang ‘merobek koran’, saya langsung membalik ke bagian belakang dan menemukan kutipan:
“Semua harus ditulis. Apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit.
Yang penting tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna.”
– Pramodedya Anata Toer.
Saya pun bergegas menuju kasir.
Memang resensi biasanya membahas buku-buku baru. Pada Catatan #9 dalam buku ini, penulis juga memberikan saran jika ingin meresensi agar menggunakan buku baru. Itulah saran yang paling pertama disebutkan. Kemudian penulis juga memberikan penilaian buku baru yang layak resensi adalah maksimal enam bulan dari penerbitan kali pertama. Namun entah mengapa saya tetap ingin meresensi buku setahun lalu ini. Setidaknya bagi saya (sampai saat meresensinya) buku ini belum genap berumur satu bulan.
Terdapat 13 Catatan dalam buku ini yang merupakan hasil perenungan penulis seputar dunia tulis-menulis. Beranjak dari hal-hal yang kerap ditanyakan ketika penulis sedang memberikan pelatihan jurnalistik atau kepenulisan. Namun buku ini sengaja dibuat menjauhi teknik-teknik kepenulisan. Buku tentang tulis-menulis tapi tidak mengindahkan rambu-rambu penulisan. Menarik!
“Buku tentang tulis-menulis sebaiknya dibuat seringkas mungkin.
Semakin tebal buku itu, semakin banyak pula omong kosong yang termuat di dalamnya.”
– Stephen King dalam On Writing.
Itulah kutipan yang mengawali Catatan #1 dengan judul: “Mengapa Buku Ini Ringkas?” Menceritakan kekecewaan penulis yang sempat timbul akibat buku perdananya hanya berukuran 12×19 cm. Kemudian kekecewaan tersebut hilang tak bersisa saat menyadari buku tentang tulis-menulis memang seharusnya kecil agar nyaman dibawa kemana saja. Ingatannya juga kembali kepada buku kecil lainnya yang isinya luar biasa. Buku-buku kecil tersebut dapat menginspirasi dan memantik semangatnya sehingga dapat berkarya sejauh ini.
Catatan #2 hingga Catatan #13 juga membahas hal-hal menarik seputar kepenulisan. Dengan gaya penulisan yang bercerita dan menyisipkan opini, buku ini (sengaja atau tak sengaja) tampak seperti catatan harian penulis dalam keaktifannya di bidang kepenulisan. Walau didominasi curahan hati dan pemikiran penulis, namun ada pula yang dapat dijadikan pencerahan dengan didasari oleh pengalaman. Disebutkan dalam buku ini banyak keuntungan dari menulis. Seperti mendapatkan uang saku tambahan dan banyak buku gratis. Jika produktif menulis maka daya ingat akan menjadi tajam dan menulis adalah satu-satunya cara agar tetap waras.
“Tanpa bakat orang dapat menjadi penulis hebat.
Sementara tanpa kegigihan, seorang penulis berbakat sekalipun tak berarti apa-apa.”
– Bramma Aji Putra.
Kembali ke Catatan #9, saran / tips resensi terakhir, berupa kalimat perintah untuk segera menutup buku ini dan segera meresensinya. Maksudnya, walaupun sudah mendapatkan puluhan tips jitu menulis, namun sekali saja enggan mencoba dan mengirimkannya ke media, ya sama saja tidak ada apa-apanya. Buku ini cocok bagi anda yang ingin mulai memijit keyboardnamun tiba-tiba jari menjadi kaku dan bagi anda yang ingin menuangkan tulisan di atas kertas namun tiba-tiba menjadi buntu.
Pada bagian akhir buku ini disisipkan bonus keren yang membuat saya tidak menyesal membeli buku ini. Yaitu berupa update kolom daftar rubrik mahasiswa dan rubrik resensi di media masa. Lengkap dengan tema rubrik, panjang tulisan, alamat email, jadwal tayang rubrik, dan besaran honor jika dimuat (ini yang paling penting J). Memang buku ini bukan buru baru, namun buku tulis-menulis hingga saat ini masih langka di Indonesia. Memang bukan best seller, namun buku ini termasuk salah satu best i’ve read ever.
@jihadje
Tambahkan Komentar