Gen Z dan Kesetaraan Gender: Bagaimana Korelasinya?

Sebagai penerus masa depan, Gen Z tetap peduli dengan kondisi sosial di dunia meskipun dikenal sebagai generasi yang serba digital.

Gen Z merupakan generasi manusia yang lahir pada tahun 1997-2012. Sejak masa pertumbuhan, Gen Z telah terpapar digitalisasi sehingga kerap kali disebut sebagai Generasi NET. 

Paparan digital pada Gen Z membuat Gen Z menerima banyak informasi dan berbagai isu sosial. Salah satu isu sosial yang digencarkan oleh Gen Z adalah tentang kesetaraan gender. Kesetaraan gender merupakan salah satu dari tujuh belas Sustainable Development Goals yang memaparkan bahwa laki-laki dan perempuan harus memperoleh hak dan kesempatan, serta menerima perlakuan yang setara. SDGs poin ke-5 bersama poin lainnya direncanakan akan terealisasi pada tahun 2030. 

Dilansir dari situs web resmi World Economic Forum (WEF), “Generasi Z menerima fluiditas gender dan memilih perusahaan serta merek yang merayakan perbedaan mereka dan mendukung perjuangan mereka melawan perubahan iklim, seksisme, dan kesenjangan pendapatan. Mereka 92% lebih mungkin menghadiri demonstrasi atau memprotes perusahaan tertentu daripada generasi lain – dan bersedia berjuang di tempat kerja.” WEF juga menguraikan bahwa Gen Z memiliki sikap yang sehat terhadap kesetaraan gender.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmah et al. (2024) di jurnal akreditasi sinta 2, Triwikrama, yang berjudul “Persepsi Gen Z pada Gender dan Diskriminasi Gender” membuktikan bahwa Gen Z memiliki potensi besar untuk memberikan pengaruh terhadap kesetaraan gender. Selain menjadi penerima informasi, Gen Z mampu menjadi produsen sekaligus aktivis pada media sosial untuk mengupayakan kesetaraan gender di dunia.

Menurut WEF pada Global Gender Gap Report, Indonesia mengalami kenaikan kesetaraan gender sebesar 4,88% dalam kurun waktu 19 tahun. Pada 2024 ini, skor kesetaraan gender Indonesia tercatat sebesar 68,6%. 

Untuk menaikkan skor kesetaraan gender, diperlukan upaya dan kerjasama dari berbagai pihak. Gen Z sebagai penerus masa depan dapat melakukan berbagai upaya untuk merealisasikan kesetaraan gender sebagai wujud kepedulian sebagai warga dunia. Rahmah et al. (2024) pada penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat lima peran yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan gender, yakni sebagai fasilitator, sebagai edukator, sebagai konselor, sebagai motivator, dan sebagai advokat. 

***

Reporter: Sayo Nicky Sae

Ilustrator: Sayo Nicky Sae 

Sayo Nicky Sae

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.