Konflik agraria yang berlarut-larut di Kampung Susun Bayam, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, yang disebabkan oleh pergusuran tempat tinggal beserta fasilitas-fasilitas publik, termasuk sekolah berpotensi menghambat pendidikan anak-anak di Kampung Bayam. Berdasarkan hasil profiling, 81% anak di Kampung Susun Bayam mengalami demotivasi belajar akibat konflik tersebut. Oleh karena itu, Pancatara (Lima Bintang) yang bermitra dengan Majelis Taklim Kampung Bayam hadir sebagai solusi. Pancatara dibawa oleh kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) IPB untuk mengatasi krisis semangat belajar anak-anak Kampung Bayam.
Tim PKM-PM yang diketuai Daffa Rizq Sulthan bersama anggota seperjuangannya, Naurah Salma, Marisa Adelia, Risnatia Destiyanti Nurul Fadila, dan Hidayat Nur Alim, dengan naungan dosen pendamping, Teduh Wulandari Mas’oed, M.Si. ini memberdayakan semangat belajar anak-anak yang berusia 7—15 tahun di Kampung Bayam dengan menghadirkan 5 program utama yang berkelanjutan, yaitu Greatness, Gratitude, Obedience, Love, dan Discipline. Program-program ini merupakan indikator capaian keberhasilan yang berfokus pada penguatan regulasi diri anak-anak Kampung Bayam yang terdampak konflik. Kelas pembuatan boneka kaus kaki, turnamen kelompok yang diselipkan informasi dasar bidang pertanian, hingga kegiatan bertani bersama menjadi media yang digunakan untuk mencapai tujuan Pancatara. “Kami menyediakan wadah untuk anak-anak supaya mereka tetap semangat untuk belajar. Walaupun situasi dan kondisinya tidak memungkinkan, mereka bisa semangat 100%,” jelas Risnatia.
Lima program utama Pancatara berkembang menjadi tujuh program bagi anak-anak Kampung Bayam. Untuk menjaga keberlanjutan program-program yang dijalankan mulai 27 April sampai dengan 4 Juli 2024, Tim PKM-PM Pancatara membentuk sebuah komunitas sosial berbasis kepemudaan di Kampung Bayam juga bersinergi dengan berbagai komunitas sosial eksternal. Daffa selaku ketua Tim Pancatara menerangkan, “Kami harap empat bulan program Pancatara tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi tetap berlangsung di Kampung Bayam hingga anak-anak yang menjadi target Pancatara dapat menyalurkan pengajarannya ketika sudah mencapai usia yang cukup.”
Penyesuaian waktu pelaksanaan program dengan waktu anak-anak Kampung Bayam menempuh pendidikan resmi menjadi tantangan yang harus dihadapi. Tak sampai di situ, Hidayat menambahkan bahwa intervensi dari petugas (pihak atas) yang menghalangi turun lapang pada periode awal turut menjadi hal yang menghambat implementasi Pancatara. Kini, rangkaian program sudah selesai dengan ditutup berbagai penampilan seni anak-anak Kampung Bayam. Tim PKM-PM Pancatara berharap 80% peserta program menunjukkan perasaan positif dan semangat belajar hal baru setelah program selesai dijalankan.
***
Reporter: Muhammad Shahaf Pratama
Editor: Fairuz Zain
Tambahkan Komentar