Selasa (27/09), Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) bersama 5000 orang petani dari berbagai daerah di Indonesia mendatangi Gedung MPR yang terletak di Jakarta Selatan. Kedatangan ini bertujuan untuk menyuarakan keresahan yang dialami oleh berbagai elemen masyarakat, khususnya petani terkait reforma agraria. Terdapat buah tuntutan yang diajukan oleh mahasiswa dan petani, salah satunya terkait dengan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Slamet dan Hermanto selaku perwakilan Komisi IV DPR RI menemui mahasiswa dan petani untuk menjawab keresahan yang diajukan oleh massa aksi di depan Gedung MPR, dengan pengawalan dari tim keamanan. Jawaban terkait keresahan masyarakat tersebut mereka sampaikan dengan pendampingan dari Yuza Augusti, selaku Presiden Mahasiswa BEM KM IPB.

Fotografer: Muhammad Daffa Fakhi I
“Pekerjaan apapun bisa tidak ada, tetapi tanpa petani, negara akan hancur,” ucap Slamet, selaku perwakilan DPR RI dalam jawabannya untuk menenangkan pendemo. Kemudian, Slamet dan Hermanto menandatangani dokumen perjanjian sebagai bentuk kesepakatan untuk menerima, menjawab, dan memperjuangkan tuntutan yang diajukan pendemo. Namun, perkataan ini menuai reaksi negatif dari mahasiswa yang berdemo.
Mahasiswa merasa bahwa ucapan tersebut hanyalah kebohongan belaka yang dilakukan untuk menggaet hati para pendemo. Pendemo memenuhi tempat dari perwakilan DPR RI tersebut dengan melontarkan kata “bohong” sebagai ungkapan ketidakpercayaan terhadap jawaban DPR. Pendemo juga bahkan menyanyikan lagu “selamat ulang tahun” sebagai bentuk olokan kepada Puan Maharani (Ketua DPR RI) yang tak berani muncul di hadapan mahasiswa dan masih dapat melaksanakan ulang tahun di tengah kondisi negara yang krisis.
Penulis: Daffa Shidqi, Arum Dwiraswati
Fotografer: Muhammad Daffa Fakhi I
Editor: Hasna Amada Ramania
Tambahkan Komentar