Aku menggantungkan harapan-harapanku yang berpendar, tepat di sana. Aku menaruh semua mimpi yang bercahaya di balik dinding-dinding kuning itu. Lalu memejamkan mata sambil berbisik, “Tuhan, izinkan Aku ada di sana tahun depan. Izinkan Aku berjuang di sana.”
Lihat saja betapa megahnya bangunan itu berdiri. Siapa yang tak bergidik tiap kali mendengar nama itu terlontar entah dari mulut siapa saja. Aku ibarat anak kecil yang dijanjikan istana di negeri dongeng setiap kali mendengar cerita-cerita hebat dari Mereka yang lebih dulu menenun masa depan di sana. Bangunan itu tak jauh berbeda seperti istana coklat yang membuat mata setiap anak pasti berbinar. Dan Aku pun salah satu di antaranya.
“Ayo susul Aku. Di manapun Kau berada, selama di sana Kau tak akan merugi. Masa depanmu Insya Allah terjamin.”
Pernyataan ini ibarat sejenis narkotika buatku. Obat bius dosis tinggi yang dalam sekejap memunculkan fantasi menyenangkan tentang masa depan, dan kehebatan dunia ilmu. Huruf-huruf itu melambungkan anganku begitu tingginya, lalu membaringkan tubuhku di tumpukan awan-awan empuk yang melenakan.
Ah, andai saja memang akan benar-benar menjadi realita.
Sitti Nur Fatimah – Kru Perusahaan Magang
Masih tentang debate terakhir kami.
Sebulan sebelum lomba tersebut dilaksanakan, rasa malas yang luar biasa sempat mampir di otak Saya. Entah kenapa ketika itu saya benar-benar tidak mood latihan debate sedikitpun. Boro-boro latihan, melihat mosinya saja Saya sudah ogah-ogahan -_____-”.
Kebiasaan buruk Saya ini baru hilang menjelang hari H tiba. Baru 3 hari sebelum hari H, Saya mulai ada semangat untuk mengotak-atik semua materi yang berhubungan dengan debate.
Dari 8 mosi, hanya 6 yang baru Saya bahas bersama teman-teman yang lain. Dua mosi lainnya yang berkaitan dengan Credit Semester System dan National atribute burning sama sekali tidak kami sentuh (baca: kami sudah menyerah).
Nah, dan dari enam mosi yang sudah dibahas itu, cuma 1 mosi yang benar-benar Saya latih. Dan memang hanya satu itu saja yang kira-kira saya mampu menguasainya. Mosinya adalah THW punish the corruptors into death. Dan asal tahu saja, tema ini adalah tema favorit saya sejak Saya mengenal dunia debat.
Oke, pada akhirnya hari itu pun tiba juga. Dan seperti biasa, Saya tidak pernah tidak sakit perut ketika perlombaan sedang berlangsung. -__-
Dag Dig Dug keringat dingin.
Seperti itulah gambaran singkat perasaan Saya sebelum babak penyisihan pertama dimulai. Perasaan yang sangat biasa dialami siapapun ketika mereka akan berlomba. Namun kali ini berbeda. Ada perasaan takut yang bercampur dengan tekad yang kuat. Kami bertiga memang berkomitmen harus meraih juara pertama. Debat terakhir kami ini harus menjadi debat yang paling berkesan. Harus!
Sejak perjalanan menuju Kudus, Kaikai tampak yakin sekali kalau kami akan mendapatkan mosi tentang koruptor pada babak penyisihan pertama. Aku juga berharap demikian karena memang hanya mosi itu lah yang Aku kauasai. Begitu pula dengan Iqbal. Dia juga mengharapkan yang sama. Ketika upacara pembukaan berlangsung pun, Kami hanya sibuk membahas mosi tentang koruptor. Tampaknya ada sesuatu yang meyakinkan kami bahwa memang topik itulah yang akan kami dapatkan. Padahal, masih ada kemungkinan 7 topik lainnya yang bisa saja akan Kami peroleh. Tapi entahlah, ketika itu Kami hanya ingin membahas topik mengenai koruptor saja.
Pada akhirnya, tibalah saat yang ditunggu. Babak penyisihan pertama dimulai. Ini yang paling membuatku sebal. Aku mendapat giliran mengambil undian mosi. Jujur, tanganku bergetar! Dua kali Aku menjatuhkan kertasnya. Sampai pada akhirnya Aku memilih sebuah gulungan kertas, kemudian pelan-pelan membukanya. Kata pertama yang Aku dapatkan adalah death. Ya, kami mendapat mosi The punish the corruptors into death!!
Ini mukjizat. Keberuntungan besar. Kebetulan yang tampak direncanakan. ALHAMDULILLAH Terimakasih ya Rabb. terimakasih sekaliiii…….
Kalimat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Maha mengetahui, Maha pengasih dan penyayang, tampaknya memang sebuah kenyataan. Hari ini kami membuktikannya sendiri. Tuhan benar-benar tahu apa yang kami minta, apa yang kami butuhkan. Dan jika dipikir menggunakan akal sehat, mungkin akan tidak masuk akal. Bagaimana bisa kami mendapatkan tema yang memang hanya tema itu saja yang Aku pakai untuk latihan? Hanya tema itu saja yang sejak tadi kami bahas dan kami bicarakan, dan memang hanya itu saja yang sangat kami harapkan?
Ah, Tuhan memang sangat pengertian. Baginya, segala sesuatu mungkin terjadi. Apalagi yang kemungkinanya hanya 15%. Bahkan untuk kemungkinna 0,000001 % pun, bagi Tuhan segalanya tetap mungkin terjadi.
Sitti Nur Fatimah – Reporter Magang
Tambahkan Komentar