Aku menggantungkan harapan-harapanku yang berpendar, tepat di sana. Aku menaruh semua mimpi yang bercahaya di balik dinding-dinding kuning itu. Lalu memejamkan mata sambil berbisik, “Tuhan, izinkan Aku ada di sana tahun depan. Izinkan Aku berjuang di sana.”
Lihat saja betapa megahnya bangunan itu berdiri. Siapa yang tak bergidik tiap kali mendengar nama itu terlontar entah dari mulut siapa saja. Aku ibarat anak kecil yang dijanjikan istana di negeri dongeng setiap kali mendengar cerita-cerita hebat dari Mereka yang lebih dulu menenun masa depan di sana. Bangunan itu tak jauh berbeda seperti istana coklat yang membuat mata setiap anak pasti berbinar. Dan Aku pun salah satu di antaranya.
“Ayo susul Aku. Di manapun Kau berada, selama di sana Kau tak akan merugi. Masa depanmu Insya Allah terjamin.”
Pernyataan ini ibarat sejenis narkotika buatku. Obat bius dosis tinggi yang dalam sekejap memunculkan fantasi menyenangkan tentang masa depan, dan kehebatan dunia ilmu. Huruf-huruf itu melambungkan anganku begitu tingginya, lalu membaringkan tubuhku di tumpukan awan-awan empuk yang melenakan.
Ah, andai saja memang akan benar-benar menjadi realita.
Sitti Nur Fatimah – Kru Perusahaan Magang
Tambahkan Komentar