Bogor (14/5). Prof. Dr. drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB berhasil menemukan ramuan herbal yang mampu mengobati dan mencegah virus flu burung atau disebut Avian Influenza virus (AI). Riset yang dilakukan bersama Prof. Bambang bersama timnya sejak tahun 2007 ini berhasil masuk dalam daftar 107 inovasi Indonesia paling prospektif tahun 2015.
Prof. Bambang yang sebelumnya sudah banyak meneliti tentang kandungan tanaman herbal untuk penyakit kanker pada hewan ini, menuturkan bahwa dari hasil risetnya didapatkan 4 macam tanaman herbal. Tanaman-tanaman tersebut berkhasiat membentuk antibodi pada ungas sehingga dapat menangkal virus flu burung.
“Setelah dilakukan screening pada 100 tanaman herbal, didapatkan 4 tanaman yang memiliki hasil uji aktivitas terhadap virus AI paling tinggi yaitu sambiloto, meniran, temulawak, dan temu ireng. Hari Jumat (13/5) saya baru menerima hak paten yang ketiga dari Kemenhukam untuk formula pakan dari tanaman herbal tersebut,” terang Prof. Bambang saat ditemui di Sekretariat Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) sambil menunjukkan surat dari Kemenhukam.

Subyek penelitian ramuan tersebut menggunakan ayam sebagai sampel dengan parameter yang diujikan berdasarkan kandungan keempat tanaman tersebut tidak hanya terhadap virus AI, melainkan juga terkait dengan kekebalan tubuh, reaksi sel, efek toksik, perfoemance ungas, sampai pada aspek harga. Keempat tanaman tersebut kemudian diolah untuk selanjutnya dicampurkan kedalam pakan berdasarkan formula yang telah dirancang, untuk menentukan dosis pemberian. Alasan pemberian dilakukan pada pakan tidak pada air minum karena air minum cenderung lebih mudah terkontaminasi dan tidak tahan lama. Hasilnya tidak ada perbedaan antara pakan asli tanpa campuran ramuan dengan pakan yang telah dicampurkan ramuan herbal, terutama dari segi bau, karena ramuan yang dicampurkan tidak lebih dari 5%. Selain itu hasil uji toksik menunjukkan tidak adanya residu yang membahayakan bagi manusia.
Pengujian dalam tubuh unggas yang telah terserang virus AI, dilakukan selama satu bulan pada ayam yang dikelompokkan menjadi dua dan terbagi kedalam 4 perlakuan di laboratorium dengan fasilitas kandang Bio safety level 3 . Dua kelompok tersebut terkait dengan uji antibodi dengan vaksin dan campuran pakan dengan ramuan herbal. Sedangkan 4 perlakukan terdiri dari ayam yang tidak divaksin tanpa diberi pakan herbal, ayam divaksin dan tidak diberi pakan herbal, ayam tidak divaksin dan diberi pakan herbal, dan ayam yang tidak divaksin tanpa diberi pakan herbal.
“Ayam yang diberi vaksin tentu saja memiliki kekebalan tubuh sehingga masih bisa hidup meskipun beberapa ada yang mati. Yang menarik dari hasil tersebut adalah sebanyak 40% ayam yang hanya diberi tambahan herbal dalam pakannya hidup sampai penelitian berakhir. Berarti tambahan herbal bisa memicu tumbuhnya antibodi sebanyak 40% . Coba kalau anda punya ayam 10000, 40% dari itu, 4000 ayam bisa hidup. Bisa hitung sendiri hasilnya,” jelas Prof. Bambang.
Untuk mendapatkan bahan baku yang berstandar, Guru Besar yang juga bekerja di pusat studi Biofarmaka ini menerangkan bahwa riset ini memiliki dampak multifier dengan memberdayakan petani di Bogor, Sukabumi, dan sekitar Jawa Tengah.
“Hasil tanamanan herbal yang baik dan stabil tergantung dari cara tanam, bibit, dan tanah.Untuk masuk industri juga butuh bahan baku yang banyak, sehingga petani kita berdayakan untuk menghasilkan bahan baku yang masuk standar, karena rencananya ini akan dipasarkan,” pungkasnya.
Diah Ayu Restanti
Editor: M. Qomarul Huda
Tambahkan Komentar