Siapa sangka pada kamis (10/08) Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) 60 IPB hari keempat ini mengundang bintang tamu fenomenal Raditya Dika dan Maudy Ayunda. Dalam rangka memotivasi peserta MPKMB, IPB mengundang Maudy Ayunda, seorang penyanyi, penulis, dan aktris berprestasi sebagai bintang tamu spesial. Maudy Ayunda yang dikenal tidak hanya sebagai selebriti, tetapi juga sebagai sosok yang berdedikasi pada pendidikan dan pengembangan diri, berbagi pandangan berharga mengenai beberapa aspek penting dalam perjalanan menjadi pembelajar yang tangguh. Tidak hanya menggaet Maudy Ayunda, IPB juga mengundang Raditya Dika sebagai narasumber yang tak kalah kerennya sebagai komedian, penulis, hingga sutradara terkenal. Raditya Dika juga menjadi sorotan karena dari komedinya selalu tersirat tentang pembelajaran hidup yang berarti.
Sorotan dalam sesi acara Raditya Dika justru berada di tanya jawab dengan peserta MPKMB IPB 60. Salah satu mahasiswa baru asal kota Jambi mengungkapkan begitu kagum dengan karya tulisannya dan saat ini juga sedang menulis perjalanan hidupnya. Namun, ia merasa kebingungan dengan gaya penulisan seperti apa yang ia punya. Raditya Dika pun mengungkapkan trik-triknya kepada peserta tersebut. Hal yang paling krusial adalah pembuatan outline. Tanpa membuat perencanaan, sebuah tulisan tidak akan selesai dan berakhir menjadi draft jamuran di laptop. Lalu untuk menjadi penulis yang memiliki karakteristik atau style penulisan sendiri bisa dibangun lewat referensi dari banyak buku yang dibaca. Setiap penulis buku pasti akan memiliki style menulisnya masing-masing sehingga harapannya dengan banyaknya referensi akan menjadi satu kesatuan utuh dalam menemukan karakteristik seorang penulis pemula.
Jika Raditya Dika membawakan materi etika berkomunikasi, Maudy Ayunda membawakan materi “Becoming A Powerful Agile Learner” yang relevan dengan dunia perkuliahan. Saat berdialog santai dengan moderator, Maudy Ayunda bercerita bahwa kuliah itu sangat penting karena kuliah adalah masa untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi terhadap diri maupun lingkungan, juga masa tumbuh sebagai seorang manusia menuju pendewasaan dan lebih dekat untuk mengenal diri sendiri. Namun, menurutnya kuliah tidak hanya mengenai kehidupan kampus dan pasca kampus, tetapi penting juga untuk membangun jaringan. Orang-orang sekitar bisa memberikan pengaruh terhadap diri sendiri dan lingkup perkuliahan berisi sekumpulan orang yang berambisi meraih tujuannya masing-masing, sehingga kita bisa tergerak dalam pengaruh tersebut. Selama berkuliah juga harus bijak menentukan skala prioritas. Maudy menyarankan agar mahasiswa membuat perencanaan selama satu semester kegiatan apa yang akan diikuti agar bisa menyeimbangkan dunia perkuliahan dengan kegiatan lain. Dengan cara inilah Maudy Ayunda bisa kuliah sekaligus menjadi aktris, penyanyi, content creator bahkan penulis.
Sebagai lulusan kampus terbaik University of Oxford dan Stanford University, Maudy Ayunda sangat cinta belajar. Setelah kelas kuliah selesai, ia dan teman-temannya akan bercerita materi di kelas saat nongkrong dan mengaitkan materi kelas dengan kehidupan. Ia juga berpikir pergeseran intelektual datang dari perbedaan pendapat. Menurut Maudy, cara tersebut bisa diterapkan di Indonesia. Tentunya jika keseringan belajar, demotivasi pasti bisa datang sewaktu-waktu. Banyak metode yang dapat digunakan seperti belajar di luar kelas, istirahat sejenak, ganti tempat belajar sampai menempelkan quotes yang memotivasi di dinding atau notebook. Namun yang paling penting adalah mengenal diri sendiri agar bisa menyesuaikan gaya belajar kita dengan karakteristik masing-masing.
Setelah lulus kuliah kita sering melihat fenomena lulusan bekerja tidak linear dengan jurusannya. Sebagian dari lulusan juga bingung untuk menentukan arah hidup selanjutnya akan seperti apa karena dunia kerja sudah tidak sama strukturnya dengan kuliah. Maudy Ayunda menekankan untuk menerima kenyataan bahwa setelah lulus, lulusan akan merasa bingung.
“Dunia kerja juga kuliah hidup,” kata Maudy. “Banyak yang bilang passion itu sesuatu yang harus dicari, tetapi menurut pengalamanku passion itu bukan sesuatu yang kita cari tapi bisa kita bangun dari pengalaman-pengalaman kita,” tambahnya.
Sebagai pembelajar yang tangguh (agile learner) di zaman modern dan serba canggih ini memang sangat diperlukan pembelajar yang adaptif sehingga tidak tertinggal oleh perkembangan zaman dan teknologi. Ada tiga cara agar menjadi agile learner versi Maudy Ayunda. Baginya teori itu penting namun jangan menjadi pembelajar yang teoritis. Jadilah praktisi yang memiliki pemikiran untuk mengeksekusi atau beraksi. Lalu Maudy menekankan untuk menjadi pembelajar yang kritis tidak hanya pembelajar yang berpikir saja agar memiliki pemikiran yang mandiri. Terakhir, menurutnya kita harus membangun sendiri proses belajar, jangan tergantung pada institusi atau orang lain dan susun bagaimana cara mendapatkan pembelajaran bagi diri sendiri secara mandiri.
Dengan penuh semangat, Maudy Ayunda mengakhiri sesi tersebut dengan mengingatkan peserta MPKMB untuk tidak takut melakukan kesalahan dan terus mengembangkan diri. Dengan banyak cerita motivasi juga trik yang diberikan melalui pengalaman hidup narasumber, peserta diharapkan akan lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi dunia akademik dan kehidupan di masa depan.
***
Reporter : Rosita, Mutiara Rachmina Indriani, Haidar Ramdhani, Dinti Wardah N S
Marcomm : Ryan Putra
Editor : Rani Zuwinta
Tambahkan Komentar